Kurma merupakan salah satu makanan khas yang banyak disantap selama bulan Ramadan. BPS (Badan Pusat Statistik) mengungkapkan bahwa Indonesia banyak mengimpor kurma dari Tunisia, Mesir, Iran, hingga Arab Saudi.
Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti mencatat kenaikan volume impor kurma di periode Februari 2024 sebesar 51,28% dibandingkan Januari 2024. Adapun Indonesia mengimpor 11,24 ribu ton kurma di Februari 2024 dan 7,43 ribu ton di Januari 2024.
Totalnya, Indonesia mengimpor sebanyak 18,67 ribu ton kurma, yang mana volume tersebut turun 28,2% dibanding Januari-Februari 2023, yang volumenya mencapai 26,02 ribu ton.
Dari nilai, Indonesia mengimpor kurma senilai US$30,84 juta pada kedua periode tersebut. Menilik lebih jauh, total nilai impor kurma periode Januari-Februari 2024 ini menurun drastis dibanding Januari-Februari 2023 yang sebesar US$41,86 juta.
Lebih lanjut, Indonesia mengimpor sebanyak US$9,15 juta kurma dari Tunisia, menjadikannya negara dengan nilai impor kurma ke Indonesia yang terbesar pada periode Januari-Februari 2024. Mesir menyusul di posisi kedua dengan nilai impor sebesar US$8,74 juta.
Iran di urutan ketiga dengan nilai impor kurma sebesar US$2,87 juta. Sementara itu, di peringkat keempat ada Arab Saudi dengan nilai impor sebesar US$2,66 juta. Indonesia juga menerima impor kurma dari negara-negara lain dengan nilai gabungan mencapai US$7,42 juta.
Amalia turut menegaskan bahwa Indonesia tidak menerima impor kurma dari Israel di periode yang bersangkutan. "Tidak ada impor kurma yang berasal dari Israel, tidak ada ya. Jadi ini kami mengklarifikasi tidak ada impor kurma dari Israel karena dari data BPS menunjukkan bahwa impor kurma terbesar kita adalah dari Tunisia, yang kedua dari Mesir," ujar Amalia dalam konferensi pers, Jumat (15/3), mengutip CNN.
