Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2023 total produksi temulawak sebagai obat mencapai 24,3 juta kilogram (kg), turun 4 kg dari total produksi tahun sebelumnya (2022). Jawa Timur menjadi provinsi teratas yang paling banyak memproduksi temulawak pada 2023 lalu, yaitu sebanyak 17,3 juta kg.
Sementara itu, Jawa Tengah dan DI Yogyakarta bertengger di urutan kedua dan ketiga, dengan produksi temulawak sebanyak masing-masing 3 juta kg dan 1,5 juta kg.
Sulawesi Barat dan DKI Jakarta merupakan 2 provinsi terbawah yang memproduksi temulawak. Masing-masing menghasilkan sebesar 295 kg dan 114 kg pada 2023.
Temulawak biasanya digunakan untuk menjaga kesehatan hati, mengatasi masalah pencernaan, dan meningkatkan nafsu makan. Temulawak termasuk tanaman biofarmaka, yakni produk alami yang digunakan untuk bahan dasar pembuatan obat-obatan atau produk kesehatan.
“Temulawak mengandung curcumin yang bisa mencegah kanker hati, kaya antioksidan, dan berbagai kandungan lain yang sangat bermanfaat bagi kesehatan,” tutur Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, mengutip laman Kementerian Kesehatan RSUP Dr. Sardjito.
Di setiap daerah di Indonesia, temulawak memiliki kegunaan yang berbeda-beda. Di Jawa Timur misalnya, temulawak digunakan untuk mengatasi sakit kembung dan kencing batu. Sementara di Surabaya, temulawak banyak dipakai untuk menghilangkan kelelahan dan meningkatkan kebugaran tubuh.
Menariknya, di Bengkulu, temulawak dipandang manjur untuk mengembalikan kondisi kesehatan ibu pasca melahirkan. Sementara itu di Kalimantan Timur, temulawak dimanfaatkan untuk menyembuhkan asma.
Baca Juga: Jahe, Tanaman Biofarmaka Paling Diminati Masyarakat
