Berbagai dampak perubahan iklim makin terasa di muka bumi. Salah satu faktor penyebab perubahan iklim adalah sampah plastik. Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap penggunaan plastik sekali pakai akhirnya berdampak pada aktivitas masyarakat juga.
Sampah plastik yang tidak terkelola dengan baik berpotensi menyebabkan polusi. Sudah banyak penelitian yang menemukan bahwa mikroplastik dapat ikut berbaur di pembuluh darah manusia. Salah satu penyebabnya adalah makanan yang dikonsumsi manusia sudah tercemar mikroplastik, seperti ikan.
Indonesia adalah negara maritim yang kaya akan perairannya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Meijer dkk, sampah yang tersebar di dekat sungai atau pantai berpotensi tinggi untuk sampai ke laut. Pemandangan sampah di pinggir sungai atau pantai bukan hal yang baru dan langka ditemukan di Indonesia.
Pada penelitian ini, Meijer dkk menyebutkan secara spesifik, kota seperti Jakarta dan Manila yang memiliki banyak aliran sungai kecil berkontribusi paling besar dalam timbulan limbah plastik di laut. Meijer dkk juga menyebutkan curah hujan yang tinggi jadi faktor yang lain.
Berdasarkan data penelitian ini yang kemudian disederhanakan oleh Our World in Data, Asia mendominasi penghasil sampah plastik di laut sebesar 80,99% di seluruh dunia.
Filipina dinobatkan sebagai negara penghasil sampah plastik terbesar di dunia pada 2019. Setiap tahunnya, 4.820 sungai di Filipina mengantarkan sampah plastik ke laut sebesar 36,8% dari total sampah plastik dunia.
Negara lain yang berkontribusi pada sampah plastik di laut melebihi 10% adalah India dengan total 12.9% dari 1.169 sungai. Kemudian diikuti oleh Malaysia dan Cina dengan masing-masing 7,46% dari 1070 sungai dan 7,22% dari 1.070 sungai.
Daftar lima negara penghasil sampah plastik di laut ini ditutup oleh Indonesia. Dengan 5.540 sungai yang dimiliki, Indonesia berkontribusi sebesar 5,75% sampah plastik di laut.