Kurma adalah salah satu produk yang identik dengan bulan Ramadan. Buah yang berasal dari Timur Tengah ini biasanya tumbuh di daerah dengan cuaca relatif kering.
Dengan iklim tropis yang dimiliki Indonesia, tanaman kurma seringkali sulit untuk tumbuh, mendorong perlunya impor untuk memenuhi permintaan dalam negeri. Di Indonesia, kurma biasanya dikonsumsi saat sahur dan berbuka puasa.
“Tren impor kurma dalam beberapa bulan terakhir ini sudah mulai terlihat persiapannya, menjelang periode Ramadan dan Lebaran,” tutur Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam Konferensi persnya, (17/2/2025) mengutip Tribun News.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia setiap tahunnya dapat mengimpor sebanyak 70-80 ribu ton kurma dari Timur Tengah. Mesir menjadi negara pengimpor kurma terbesar, mencapai 10,15 ribu ton dengan pangsa 61,80%. Posisi selanjutnya diisi oleh Arab Saudi dengan 1,88 ribu ton kurma dengan pangsa 11,42%, disusul Uni Emirat Arab (UEA) sebanyak 1,76 ribu ton dengan pangsa 10,71% per Januari 2025.
Meskipun permintaannya cukup tinggi di bulan Ramadan, dampak impor kurma tidak terlalu signifikan terhadap neraca perdagangan RI. Nilai impor kurma pada Januari 2025 mencapai 16,43 ribu ton senilai US$20,68 juta.
“Nilai ini hanya mencakup kurang dari 0,12% terlalu kecil untuk memberikan dampak signifikan pada perekonomian nasional. Selain kontribusi yang minim terhadap total impor, efek pengganda dari impor kurma juga tergolong rendah,“ ujar Yusuf (28/2/2025) mengutip Kumparan.
Meskipun tidak berdampak signifikan pada neraca perdagangan RI, distribusi kurma di pasar lokal dapat menjadi opsi peluang usaha selama Ramadan khususnya bagi pelaku UMKM di Indonesia meskipun skalanya terbilang masih kecil.
Kurma memang menjadi salah satu makanan khas di bulan suci. Selain sunnah, kurma juga kaya akan kandungan nutrisi dan sebagai sumber antioksidan alami untuk menjaga tubuh tetap fit selama berpuasa.
Baca Juga: Bukan Mesir, Ini Negara Asal Impor Kurma Indonesia Terbesar 2024
