Penerapan energi terbarukan saat ini masih di bawah target. Indonesia masih tertinggal dalam pengembangan energi terbarukan dibandingkan dengan rencana pengembangan energi dan kapasitas yang berbeda. Meskipun ada beragam opsi peraturan dan mekanisme dukungan, kurangnya kebijakan yang konsisten dan mendukung untuk mengembangkan pembangkit listrik tenaga surya telah menjadi salah satu hambatan terbesar dalam penerapan energi surya.
Saat ini, hanya sebagian kecil listrik di Indonesia yang berasal dari energi terbarukan, yaitu hanya 2% dari total potensi energi terbarukan yang tersedia di Indonesia. Pembangkit listrik tenaga fosil diperkirakan akan terus mendominasi sistem listrik di Jawa-Bali, namun RUPTL 2021-2030 dan strategi untuk beralih dari batu bara dalam jangka panjang dapat membalikkan tren ini untuk mendukung penggunaan energi terbarukan.
Meskipun tantangan dalam pengembangan energi terbarukan, PLN telah mencapai beberapa kemajuan dalam mencapai target campuran energi terbarukan yang diumumkan dalam RUPTL 2021-2030. Bagian energi terbarukan di Indonesia pada tahun 2021 tercatat sebesar 11,5%. Komitmen PLN untuk mencapai campuran energi terbarukan 23% pada tahun 2025 termaktub dalam RUPTL 2021-2030. Baru-baru ini, PLN menandatangani perjanjian pembelian tenaga listrik pada aset geothermal terkonsolidasi yang dimiliki oleh PLN, PT Indonesia Power, dan PT Pertamina Geothermal Energy.
Meskipun demikian, masih dibutuhkan kebijakan konsisten dan mendukung untuk mendukung pengembangan energi terbarukan di Indonesia. Seiring dengan rencana untuk beralih dari batu bara dalam jangka panjang, pengembangan energi terbarukan harus terus didorong dan didukung untuk mencapai target penggunaan energi terbarukan yang lebih besar di masa depan.
