Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh IQAir pada Rabu, 21 Februari pukul 09.00 waktu setempat, Jakarta mengalami kualitas udara yang tidak sehat, dengan Air Quality Index (AQI) mencapai 162.
Hal ini menjadikan Jakarta sebagai kota dengan AQI tertinggi setelah Tanggerang Selatan yang mencapai 180 per hari ini.
Terpantau sejak pukul 00.00 dini hari, AQI di Jakarta terus mengalami kenaikan dari 156 hingga 164 pada pukul 07.00 pagi dan mengalami penurunan pada pukul 08.00 dan 09.00 pagi.
AQI digunakan sebagai indikator untuk menilai tingkat pencemaran udara, yang dibagi menjadi enam tingkatan, yaitu baik (0-50), sedang (51-100), tidak sehat untuk kelompok sensitif (101-150), tidak sehat (151-200), sangat tidak sehat (201-300), dan berbahaya (301+).
Selama satu bulan terakhir, polusi udara di Jakarta cenderung berada pada tingkat sedang hingga tidak sehat bagi kelompok sensitif. Pada 3 Februari, AQI di Jakarta pernah berada di angka 53 yang tergolong rendah, tetapi tetap berada di tingkat sedang yang harus di waspadai.
Oleh karena itu, disarankan untuk menghindari aktivitas di luar ruangan, terutama bagi mereka yang sensitif seperti anak-anak, lansia, ibu hamil, dan individu dengan riwayat penyakit jantung dan pernapasan.
Untuk mengurangi paparan terhadap udara yang tercemar, disarankan untuk menyalakan penyaring udara dan menutup jendala secara rapat. Apabila terpaksa berada di luar ruangan, disarankan untuk menggunakan masker pelindung.
