Berdasarkan data Centers for Disease Control and Prevention (2024), dampak utama yang dirasakan penyandang disabilitas di Amerika Serikat (AS) adalah dalam kemampuan kognisinya. Sebesar 13,9%, penyandang disabilitas kesulitan berkonsentrasi, mengingat, dan membuat keputusan.
Sementara itu, 12,2% tercatat kesulitan dalam mobilitas, yaitu untuk berjalan atau menaiki anak tangga. Lebih lanjut, 7,7% mengaku kesulitan hidup mandiri sehingga terpaksa mengandalkan orang lain.
Dilansir dari laman Kemdikbud, penyandang disabilitas adalah orang yang memiliki keterbatasan fisik, mental, intelektual, atau sensorik tertentu yang dalam jangka panjang menghambat partisipasi mereka di masyarakat. Berikut macam-macam disabilitas.
- Disabilitas fisik: Gangguan fungsi tubuh yang memengaruhi mobilitas (pergerakan) atau aktivitas sehari-hari.
- Disabilitas sensorik: Gangguan fungsi indera seperti penglihatan (tunanetra) atau pendengaran (tunarungu).
- Disabilitas intelektual: Gangguan kemampuan kognitif seperti keterbelakangan mental atau sindrom down.
- Disabilitas mental: Kondisi kesehatan mental yang memengaruhi fungsi sosial, emosional, atau psikologis (misalnya, skizofrenia, gangguan kecemasan, bipolar).
Penyandang disabilitas memiliki hak yang dilindungi secara internasional maupun nasional. Misalnya, Konvensi Hak-Hak Penyandang Disabilitas (CRPD) yang diterapkan oleh PBB untuk menjamin hak dan martabat penyandang disabilitas. Di Indonesia, terdapat Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 yang mengatur tentang perlindungan dan pemberdayaan penyandang disabilitas.
Baca Juga: Indonesia Memiliki Prevalensi Disabilitas Intelektual Tertinggi Dibandingkan Lainnya
