Berdasarkan laporan Indikator Kesejahteraan Rakyat 2024 oleh Badan Pusat Statistik (BPS), di tahun 2024 ini sebanyak 75,48% warga Indonesia telah memiliki jaminan kesehatan. Persentase tersebut mengalami kenaikan stabil dalam 4 tahun terakhir. Hal ini menggambarkan akses penduduk terhadap fasilitas kesehatan semakin meluas.
Pada 2022, persentase warga punya jaminan kesehatan mengalami kenaikan tipis sebesar 1,26% dari 68,36% di 2021 menjadi 69,62%. Sementara itu di 2023, proporsi warga yang memiliki jaminan kesehatan kembali naik mencapai 72,38%.
Penduduk dikatakan memiliki jaminan kesehatan jika memiliki minimal salah satu jaminan kesehatan. Misalnya dari BPJS Kesehatan, Jamkesda, atau asuransi swasta dalam setahun terakhir.
Adanya jaminan kesehatan bermanfaat bagi penduduk miskin dan rentan yang sering terkendala dengan pembiayaan sarana dan prasarana kesehatan. Jaminan kesehatan dapat menjadi solusi bagi penduduk kalangan ekonomi ke bawah untuk tetap memperoleh akses kesehatan yang memadai.
Putri dan Suryawati (2022) mencatat adanya hubungan antara usia dan tingkat partisipasi asuransi kesehatan nasional. Semakin bertambahnya umur, maka kecenderungan tingkat morbiditas (angka kesakitan) semakin tinggi. Secara statistik hal ini memberikan pengaruh positif terhadap kesadaran untuk menggunakan asuransi kesehatan nasional.
Penelitian yang sama juga mengungkapkan bahwa kepesertaan asuransi kesehatan nasional didominasi oleh kelompok umur 30-40 tahun. Lebih lanjut, masyarakat dengan tingkat pendapatan lebih tinggi cenderung memiliki tingkat partisipasi yang tinggi dalam asuransi kesehatan nasional. Di negara berkembang, pendapatan menjadi faktor yang signifikan dalam menentukan kemampuan untuk membayar asuransi kesehatan.
Baca Juga: Proporsi Jenis Jaminan Kesehatan yang Paling Banyak Dimiliki Masyarakat, BPJS Kesehatan Teratas
