Harga CPO Diproyeksi Turun pada 2025-2026

Harga CPO akan menurun ke angka US$860/mt pada tahun 2025, dan terus turun ke angka US$850/mt pada tahun berikutnya.

Harga CPO Dunia 2022-2026

Sumber: World Bank
GoodStats

Baru-baru ini publik sempat dibuat heboh oleh pernyataan Presiden Republik Indonesia (RI), Prabowo Subianto dalam acara Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) yang dilaksanakan di Jakarta, 30 Desember 2024. Pada acara tersebut beliau berpesan agar Indonesia tidak perlu takut kepada deforestasi dan harus terus memperluas perkebunan kelapa sawit.

Hal tersebut memancing berbagai komentar dan diskusi di media sosial, terutama di kalangan pemerhati lingkungan. Namun jika dilihat berdasarkan data dari Foreign Agricultural Service yang dibawahi oleh United States Department of Agriculture (USDA), Indonesia masih merajai produksi minyak kelapa sawit dengan estimasi total produksi mencapai 46,5 juta metrik ton.

Berdasarkan data dari World Bank, harga minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) pada tiga tahun terakhir cukup fluktuatif dan diprediksi akan mengalami penurunan pada tahun 2025 dan 2026. Pada tahun 2022 harga CPO dunia berada di titik tertinggi yaitu US$1.276/mt. Memasuki tahun 2023, harga CPO dunia mengalami penurunan drastis ke angka US$886/mt.

Pada tahun 2024, harga CPO mengalami peningkatan harga ke angka US$963/mt. Harga CPO pada tahun 2024 berada sedikit di atas harga yang telah diprediksikan yaitu di angka US$925/mt.

Memasuki tahun 2025 harga CPO dunia diprediksi akan menurun ke angka US$860/mt. Tren penurunan harga CPO juga diproyeksi akan berlanjut ke tahun 2026, di mana harganya turun menjadi US$850/mt.

Melihat kondisi harga yang fluktuatif dan produktivitas perkebunan sawit yang masih merajai pasar, sepertinya kebijakan perluasan kelapa sawit dengan deforestasi perlu ditinjau lebih lanjut. Menurut Guru Besar Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Prof. Dr, Priyono Suryanto, S.Hut., M.P., Ph.D, penambahan area sawit dengan melakukan deforestasi merupakan cara yang kuno.

“Opsi kuno ini berarti Indonesia menyatakan lempar handuk (kalah) dalam menghadapi kampanye negatif sebagai negara peringkat tingkat tinggi deforestasi-degradasi. Semakin permanen stempel Indonesia sebagai negara dengan atribut deforestasi-degradasi. Apakah benar Kabinet Merah Putih mau merobek Marwah merah putih melalui jalur pembukaan kawasan sawit baru?” ujarnya kepada Detik (6/1/2025).

Baca Juga: Bukan Kelapa Sawit, Ini Deretan Pohon dengan Daya Serap CO2 Tertinggi

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook