Menurut laporan United States Department of Agriculture (USDA), impor jeruk mandarin global mencapai 3,24 juta metrik ton pada periode 2023/2024. Jumlah ini sedikit turun dibanding periode sebelumnya yang mencapai 3,29 juta metrik ton.
Rusia menjadi negara pengimpor jeruk mandarin terbesar, volumenya mencapai 782 ribu metrik ton pada 2023/2024. Volumenya terus menurun, dari 955 ribu metrik ton pada 2020/2021, menjadi 884 ribu metrik ton pada 2021/2022, dan 852 ribu metrik ton pada 2022/2023. Meski begitu, Rusia masih menjadi negara pengimpor jeruk mandarin terbesar sejak 2019.
Amerika Serikat mengisi posisi kedua dengan impor sebesar 460 ribu metrik ton, disusul negara-negara Uni Eropa dengan volume mencapai 454 ribu metrik ton. Vietnam berada di peringkat keempat dengan mengimpor 373 ribu metrik ton. Britania Raya menutup lima besar dengan impor mencapai 307 ribu metrik ton.
Indonesia sendiri berada di posisi kedelapan dengan impor mencapai 115 ribu metrik ton, turun dari periode sebelumnya yang mencapai 118 ribu metrik ton. Pada tahun ini, volume impor jeruk mandarin Indonesia diprediksi akan tetap sama di angka 115 ribu metrik ton.
Sementara itu, produksi jeruk mandarin global mencapai 38,5 juta metrik ton pada periode 2023/2024, dengan China menjadi pemain utama yang memproduksi sekitar 26,9 juta metrik ton jeruk, setara 69,9% dari total produksi global.
Untuk konsumsi, China juga mendominasi dengan konsumsi mencapai 25,2 juta metrik ton, setara dengan 70,2% dari total konsumsi global.
Sebagai produsen jeruk mandarin terbesar, China juga menjadi pengekspor terbesar. Pada musim panen 2023/2024, China berhasil mengekspor hampir 1,1 juta metrik ton jeruk, setara 26,3% produksi global. Pada 2025 ini, volume ekspornya diprediksi akan naik mencapai 1,2 juta metrik ton, menunjukkan dominasi China dalam pasar perdagangan jeruk mandarin global.
Baca Juga: Konsumsi Jeruk di Indonesia Turun pada 2024
