Kesetaraan gender menjadi salah satu isu yang banyak disuarakan belakangan ini. Meningkatnya kesadaran tentang diskriminasi gender membuat gerakan aktivisme terkait isu tersebut semakin marak, menuntut perubahan nilai sosial ke arah yang lebih inklusif.
Dalam survei terkini yang dilakukan Ipsos mengenai kesetaraan gender, responden diminta untuk menunjukkan preferensi mereka terkait gender pemimpin, baik di tempat kerja maupun di ranah politik.
Sebanyak 21% responden di 31 negara, termasuk Indonesia, mengaku ingin dipimpin oleh politisi dan bos pria.
Sementara itu, 19% orang memilih untuk dipimpin politisi wanita dan pada konteks pekerjaan, 17% orang memilih bekerja dengan bos wanita.
Berikutnya, sebanyak 57% responden mengaku tidak memiliki pilihan khusus terkait gender politisi yang memimpin mereka dan 58% mengaku tak punya preferensi terkait gender bos di tempat kerja.
Sisanya, ada 4% yang memilih tidak tahu sebagai jawaban dari pertanyaan mengenai pilihan gender pemimpin.
Meski mayoritas responden mengaku tidak mempunyai pilihan khusus mengenai gender pimpinan, proporsi masyarakat global yang memilih pria sebagai pemimpin di politik dan pekerjaan nyatanya lebih besar.
Salah satu penyebabnya adalah responden yang memiliki pengalaman dipimpin pria jauh lebih banyak dari mereka yang pernah dipimpin wanita.
Mengenai gender politisi, 29% responden mengaku pernah dipimpin politisi pria, sedangkan yang pernah dipimpin politisi wanita hanya 7% saja. Selain itu, mereka yang pernah dipimpin keduanya mencapai 52%.
Dalam konteks tempat kerja, 19% orang mengaku pernah punya bos pria, sementara yang pernah punya bos wanita hanya 7%. Lalu, yang pernah dipimpin keduanya ada 63% dan yang tidak pernah dipimpin keduanya ada 8%.
Baca juga: Berpengalaman vs. Adil, Gen Z Suka Pemimpin yang Mana?
