Depok kembali terpilih sebagai kota dengan intoleransi paling tinggi di Indonesia pada tahun 2023, dengan skor IKT (Indeks Kota Toleransi) sebesar 4,01. Ini kedua kalinya Depok terpilih sebagai kota paling intoleran. Pada tahun 2022, dengan skor 3,6, SETARA Institute melakukan penelitian yang sama dan menyatakan Depok sebagai kota dengan skor toleransi paling rendah dibandingkan 94 kota lain yang masuk penelitian di Indonesia.
Adapun penilaian dilakukan berdasarkan kinerja kota meliputi pemerintah kota dan elemen masyarakat dalam mengelola keberagaman, toleransi, dan inklusi sosial. Kebijakan pemerintah kota, tindakan aparatur pemerintah, perilaku antarentitas dalam kota, dan relasi-relasi sosial turut masuk dalam penilaian. Tidak hanya itu, toleransi ini juga dinilai melalui pengaruh kepemimpinan yang merepresentasikan wali kota daerah tersebut.
Ketua Badan Pengurus SETARA Institute, Ismail Hasani, mengungkapkan bahwa visi misi sebuah kota tercermin dari kebijakan dan keberpihakan pemimpinnya. "Kalau wali kotanya hebat, kepemimpinannya tidak ambruk bapak ibu sekalian," ungkapnya melalui acara Launching dan Penghargaan Indeks Kota Toleransi di Hotel Grand Sahid, Jakarta, Selasa (30/1/2024), seperti dikutip Tirto.
Ismail turut menambahkan bahwa naik turunnya tren intoleransi dalam suatu daerah sangat bergantung pada gaya kepemimpinan politik wali kotanya. "Karena melahirkan sebuah perda membutuhkan tiga kolaborasi kepemimpinan, politik, sosial, dan birokrasi," ujarnya.
Penilaian skor toleransi ini sendiri didasarkan pada skala 1-7. Semakin tinggi skornya, maka semakin tinggi pula toleransi di daerah tersebut. Pada tahun 2022, rata-rata skor toleransi nasional berada pada nilai 5,03. Nilai tersebut naik di tahun 2023 menjadi 5,06.
Sementara itu, Cilegon berada di urutan kedua dengan skor sebesar 4,19. Peringkat ketiga dipegang oleh Banda Aceh dengan skor 4,26.