Yale University mempublikasikan laporan berjudul "Environmental Performance Index" yang menggambarkan data mengenai kondisi keberlanjutan di seluruh dunia pada tahun 2022 silam.
Salah satu indikator dalam isu pengelolaan sampah yang diangkat dalam laporan tersebut adalah polusi sampah plastik di lautan yang dihasilkan oleh 135 negara di dunia. Dalam hal ini, Yale University memberikan skor penilaian dari 0 hingga 100 untuk mengukur polusi plastik di lautan sebagai kuantitas absolut yang dibuang suatu negara ke lautan.
Hal ini berarti, semakin tinggi skor Environmental Performance Index (EPI), maka semakin menunjukkan suatu negara lebih sedikit mengeluarkan sampah plastik dalam ukuran ton di setiap tahunnya. Sebaliknya, semakin rendah skor EPI, maka semakin menunjukkan suatu negara paling banyak mencemarkan sampah plastik di laut.
Hasilnya, Antigua dan Barbuda keluar sebagai peringkat pertama negara dengan tingkat pencemaran sampah plastik di lautan terendah pada tahun 2022. Adapun skor EPI-nya mencapai angka 83,7 poin, yang mana dalam 10 terakhir telah menunjukkan peningkatan sebesar 1,5 poin.
Selanjutnya, Dominika menduduki peringkat kedua dengan skor EPI mencapai 74,3 poin, selisih 9,4 poin dengan Antigua dan Barbuda yang berada di peringkat pertama.
Selain itu, Samoa juga masuk ke dalam tiga peringkat teratas negara denganpencemaran sampah plastik di lautan terendah. Skor EPI-nya sendiri pada tahun 2022 mencapai angka 73,6 poin, yang mana dalam 10 tahun terakhir telah naik sebesar 11,1 poin.
Hasil ini diikuti dengan Kepulauan Marshall (72,5 poin), Grenada (70,4 poin), Tonga (69,8 poin), Seychelles (69,1 poin), Saint Vincent dan Grenadines (65 poin), Guinea Khatulistiwa (63,1 poin), dan Barbados (62,4 poin) sebagai peringkat sepuluh teratas negara dengan pencemaran sampah plastik di lautan terendah pada tahun 2022.
Adapun Indonesia sendiri berada di peringkat 135 dunia bersama dengan India. Namun, Yale University tidak memberikan skor EPI yang spesifik pada data kedua negara tersebut.
