Di tengah bulan suci Ramadan, publik Indonesia disuguhkan dengan berbagai berita mengenai kelesuan ekonomi Indonesia. Ragam berita seperti badai pemutusan hubungan kerja (PHK), kenaikan harga kebutuhan pokok, hingga penurunan daya beli masyarakat menjadi isu yang sedang ramai diperbincangkan oleh masyarakat.
Berdasarkan riset Litbang Kompas, hanya 34% responden yang siap atau memiliki tabungan yang cukup untuk menghadapi kemungkinan penurunan ekonomi di 2025. Di sisi lain, terdapat 60,8% publik Indonesia yang belum siap atau tidak punya tabungan untuk menghadapi situasi ekonomi yang sulit. Terdapat pula 5,2% publik Indonesia yang belum mengetahui kesiapan mereka dalam menghadapi situasi ekonomi sulit atau tidak menjawab.
Mencari sumber pendapatan tambahan atau sampingan menjadi strategi yang paling banyak dilakukan apabila terjadi penurunan kondisi ekonomi, sebanyak 43% responden memilih opsi ini untuk bertahan dari kondisi ekonomi yang sulit. Lebih berhemat atau selektif dalam konsumsi dipilih oleh 32,7% responden. Kemudian, terdapat 15% responden yang mengharapkan bantuan dari pemerintah atau bantuan sosial (bansos).
Terdapat sebagian kecil responden memilih menjual aset untuk menghadapi kondisi ekonomi yang sulit, yakni sebanyak 3,1% responden. Lebih rajin menabung dan menyiapkan dana darurat hanya akan dilakukan oleh 0,7% responden, strategi ini jadi yang paling sedikit dipilih oleh publik Indonesia. Terakhir, terdapat 2,4% responden memilih opsi lainnya, dan sebanyak 3,1% menjawab tidak tahu atau tidak menjawab.
Survei tersebut dilakukan pada 4–10 Januari 2025 melalui wawancara tatap muka dengan target responden sejumlah 1.000 orang. Pemilihan responden dilakukan secara acak menggunakan metode pencuplikan sistematis bertingkat di 38 provinsi.
Baca Juga: Pegawai Jadi Profesi dengan Indeks Literasi Keuangan Tertinggi di Indonesia