Negara-negara global kini mulai meningkatkan perhatian pada perubahan iklim seiring dengan munculnya fenomena iklim ekstrem yang berdampak negatif pada berbagai aspek kehidupan, seperti pangan, kesehatan, dan sanitasi.
Akibatnya, warga global mulai berbondong-bondong bergerak untuk memberi perhatian lebih terhadap isu ini. Di Indonesia, data People Climate’s Vote 2024 menunjukkan bahwa 60% masyarakat RI mengaku tambah khawatir akan perubahan iklim di tahun ini dibanding tahun lalu.
Tentunya, kekhawatiran ini bukan tanpa alasan. Menurut laporan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, saat ini bumi tengah menghadapi tiga tantangan berat, meliputi perubahan iklim, kehilangan keanekaragaman hayati, dan polusi.
Salah satu imbas dari perubahan iklim adalah fenomena suhu panas yang dihadapi Indonesia dan berbagai negara global lainnya, seperti India, Kamboja, dan Amerika. Alhasil, masyarakat merasa khawatir tentang isu perubahan iklim yang cukup genting ini.
Dilihat dari persepsi masyarakat Indonesia terkait cara pemerintah dalam menangani perubahan iklim, dari survei yang sama, 46% setuju penanganan di tanah air sudah cukup baik. Hanya segelintir (3%) yang beranggapan bahwa kualitas penanganan pemerintah sangatlah buruk.
Pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK), rencana Net Zero Emission (NZE) 2060 atau lebih cepat, dan peningkatan literasi lewat Rumah Kolaborasi dan Konsultasi Iklim dan Karbon (RKKIK) merupakan contoh komitmen pemerintah RI dalam mengatasi masalah perubahan iklim.
Selain itu, masyarakat lokal juga ikut membantu dengan melakukan adaptasi dan mitigasi lewat Program Kampung Iklim (ProKlim) yang per 2023 telah dilaksanakan di 7.264 lokasi.
Berikutnya, 29% warga RI tercatat tidak menunjukkan perubahan sikap terkait perubahan iklim di 2024, sedangkan 10% mengaku kekhawatiran mereka terhadap isu tersebut menurun di tahun ini dibanding tahun 2023.
Baca juga: Menurun, Segini Skor Indonesia dalam Menangani Perubahan Iklim
