Generasi Z dikenal sebagai kelompok yang melek teknologi dan memiliki akses luas terhadap berbagai sumber pembelajaran. Namun, tidak semua dari mereka aktif dalam kegiatan self-development atau pengembangan diri. Padahal, meningkatkan keterampilan, baik hard skill maupun soft skill, menjadi kunci dalam menghadapi persaingan dunia kerja dan kehidupan sosial.
Survei yang dilakukan Jakpat pada 24–25 Februari 2025 mengungkap alasan mengapa sebagian Gen Z di Indonesia tidak melakukan atau bahkan tidak berencana melakukan aktivitas pengembangan diri. Dari total 1.549 responden, sebanyak 201 orang mengaku tidak terlibat dalam kegiatan self-development.
Hasil survei menunjukkan bahwa alasan utama yang diungkap oleh Gen Z adalah kurangnya motivasi, dengan persentase tertinggi sebesar 25%. Hal ini mencerminkan adanya tantangan dalam mempertahankan semangat untuk belajar dan berkembang, terutama di tengah berbagai distraksi digital dan tekanan hidup.
Di posisi kedua, sebanyak 23% responden berpendapat bahwa aktivitas pengembangan diri tidak memberikan dampak yang signifikan. Hal ini bisa disebabkan oleh ekspektasi yang tidak sesuai atau kurangnya pemahaman terhadap manfaat jangka panjang dari pengembangan diri.
Sementara itu, faktor keterbatasan waktu juga menjadi hambatan bagi 22% responden. Kesibukan akademik, pekerjaan, atau bahkan kebiasaan menunda-nunda sering kali membuat pengembangan diri tidak menjadi prioritas.
Masalah finansial juga menjadi pertimbangan. Sebanyak 15% responden mengaku tidak memiliki cukup uang untuk mengikuti kursus, membeli buku, atau mengakses program pelatihan berbayar.
Menariknya, 14% responden merasa sudah nyaman di zona mereka saat ini, sehingga tidak melihat kebutuhan untuk berkembang lebih jauh. Selain itu, 12% lainnya takut gagal, sehingga enggan mencoba hal baru yang bisa meningkatkan kapasitas diri mereka.
Hanya 3% responden yang menganggap bahwa pengembangan diri bukan hal yang mendesak, menunjukkan bahwa sebagian besar Gen Z tetap menyadari pentingnya pembelajaran, meskipun mereka belum mengambil langkah nyata.
Fenomena ini menggambarkan tantangan yang dihadapi generasi muda dalam meningkatkan kualitas diri. Motivasi, kesadaran akan manfaat, serta dukungan aksesibilitas menjadi faktor krusial agar lebih banyak Gen Z terlibat dalam proses pengembangan diri secara aktif.
Baca Juga: Benarkah Gen Z Problematik di Dunia Kerja?