Anak Muda Paling Optimis Kuliner Indonesia Bisa Diterima di Dunia

Pemuda-pemudi Indonesia dinilai bangga dengan kebudayaannya, sehingga sangat optimis bahwa kebudayaan Indonesia dapat diterima di kancah internasional.

Berdasarkan survei, pemuda-pemudi Indonesia sangat optimis bahwa kuliner Indonesia dapat dikenal hingga kancah internasional. Hasil ini didapat dari Survei Optimisme Generasi Muda Indonesia 2023, survei yang dilangsungkan oleh GNFI dan Populix. 

Dalam watu seminggu atau tepatnya 10-17 Oktober 2023, survei ini berhasil menarik 1289 responden yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia. Sesuai temanya, seluruh responden merupakan generasi muda Indonesia yang berumur 17 hingga 40 tahun. Terdapat beberapa dimensi penilaian dalam survei ini, salah satunya adalah dimensi pendidikan dan kebudayaan.

Di tahun 2023 sendiri, hasil indeks optimisme dalam dimensi pendidikan dan kebudayaan adalah 8,55. Angka ini terus naik jika dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya, yaitu 2021 dan 2022 yang masing-masing menghasilkan 7,7 dan 7,8 poin. Berdasarkan perhitungan dan interpretasi survei, angka 7-8 ini berarti ‘optimis’, menandakan generasi muda Indonesia cukup optimis dengan pendidikan dan kebudayaan Indonesia.

“Kebutuhan dasar adalah peningkatan yang paling tinggi, sama dengan pendidikan dan kebudayaan,” ungkap Timothy Astandu selaku Co-Founder dan CEO Populix pada diskusi hasil Survei Optimisme Generasi Muda Indonesia 2023, Selasa (14/11). “Jadi ini boleh dibilang indikator bahwa negara kita growing (tumbuh).”

Mengutip hasil survei, generasi Indonesia paling optimis bahwa ‘kuliner Indonesia bisa diterima dunia’. Indikator ini berhasil mendapatkan nilai rata-rata 9.04 yang menandakan bahwa responden mayoritas merasa sangat optimis kuliner Indonesia bisa diterima di kancah internasional.

Menanggapi hal ini, Timothy memberi contoh rendang sebagai makanan nomor satu di dunia versi CNN. “Jadi mungkin sebenarnya ada kebanggaan sendiri, orang Indonesia terutama generasi muda sangat bangga terhadap budaya masing-masing. Dan kita ingin makanan kita dikenal dunia.”

Di urutan kedua dan ketiga terlihat bahwa generasi muda Indonesia paling optimis ‘mendapat askes pendidikan berkualitas untuk keluarga’ dan ‘mendapat askes pendidikan berkualitas’. Masing-masing indikator ini mendapat nilai rata-rata 8,72 dan 8,67.

Selanjutnya terdapat indikator ‘kerajinan tangan Indonesia bisa diterima dunia’ dan ‘musik Indonesia bisa diterima dunia’. Keduanya berhasil menempati posisi keempat dan kelima dengan masing-masing perolehan poin optimisme 8,66 dan 8,54.

Masih di aspek kebudayaan, terdapat juga indikator ‘fashion Indonesia bisa diterima dunia’ dan ‘film Indonesia bisa diterima dunia’. Responden merasa cukup optimis dengan kedua indikator tersebut, di mana masing-masing mendapat perolehan poin 8,51 dan 8,34.

Di peringkat terakhir indeks optimisme pendidikan dan kebudayaan adalah ‘mampu berkontribusi pada pengembangan IPTEK’. Kendati hasilnya cukup baik, namun generasi muda paling tidak optimis Indonesia dapat berkontribusi dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Indikator ini punya nilai rata-rata sebesar 8,01.

Masih pada diskusi yang sama, Timothy turut memberikan pandangannya akan hal tersebut. “Mungkin kita merasa sains kita itu nggak kuat. Kita tidak pernah berinovasi, bikin sesuatu yang sulit misalnya roket atau apa. Itu menjadi pertimbangan juga (untuk Indonesia di masa depan),” ujarnya.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

Dengan melakukan pendaftaran akun, saya menyetujui Aturan dan Kebijakan di GoodStats Data

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook