China telah menjadi rekan kerja sama perdagangan Indonesia sejak cukup lama. Melalui laman Satu Data Kemendag dari Kementerian Perdagangan RI, pada tahun 2023 nilai impor terbesar Indonesia juga berasal dari China. Selain menjadi negara tujuan utama ekspor Indonesia, China juga menjadi negara asal utama impor Indonesia.
Adapun hubungan perdagangan antara Indonesia dengan China telah berlangsung sejak masa setelah Perang Dunia II. Ketika itu, hubungan Indonesia dengan Tiongkok semakin erat akibat adanya kerja sama visi non-blok yang diwujudkan melalui Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung, April 1955.
Melalui laman Kementerian Perdagangan RI (Kemendag), Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menegaskan bahwa China sendiri merupakan mitra utama Indonesia dalam perdagangan. Pihaknya juga sering melakukan kunjungan ke Negeri Bambu tersebut.
"Melalui kunjungan ke Tiongkok ini, kami harap hubungan dagang antara Indonesia dan Tiongkok dapat semakin meningkat," ujar Zulkifli Hasan.
Lebih lanjut, ia juga menjelaskan berbagai pelaku usaha bisa mendapatkan manfaat hubungan dua negara ini. "Hal ini perlu dilakukan agar para pelaku usaha, khususnya usaha kecil dan menengah Indonesia, mudah mengekspor produk-produk mereka ke Tiongkok," lanjutnya.
Hingga saat ini, hubungan Indonesia dan China terus membaik. Dalam lima tahun terakhir, China selalu menjadi tujuan utama tujuan ekspor Indonesia.
Dari tahun 2019 hingga 2023, nilai Impor Indonesia ke China memiliki trend sekitar 12,84%. Nilai impor pada tahun 2023 adalah sebesar US$62.880,9 juta, turun dari tahun sebelumnya.
Adapun nilai impor tertinggi terjadi pada tahun 2022, di mana nilai impor Indonesia-China mencapai US$67.722,6. Nilai impor tersebut kemudian terus mengalami kenaikan sejak tahun 2019 hingga tahun 2022, dan di tahun 2023 mengalami sedikit penurunan.
Di tahun 2024 sendiri, nilai impor Indonesia dan China pada Januari hingga April 2024, telah mencapai angka US$21.343,9 juta. Jumlah tersebut naik sekitar 9,30% dari tahun 2023 pada rentang periode yang sama, yakni sebesar US$19.528,5 juta.