Pembangkit listrik tenaga air (PLTA) merupakan salah satu sumber energi terbarukan yang dapat menghasilkan energi listrik dengan emisi gas rumah kaca yang rendah. PLTA juga memiliki kelebihan dalam hal ketahanan dan keberlangsungan pasokan energi listrik karena tidak tergantung pada pasokan bahan bakar yang terbatas. Oleh karena itu, pengembangan PLTA menjadi semakin penting dalam rangka mencapai tujuan energi bersih dan berkelanjutan.
Untuk mendukung pengembangan PLTA, beberapa negara telah melakukan komitmen keuangan tahunan dalam rangka memperluas kapasitas PLTA. Berdasarkan data yang tersedia dari International Hydropower Association (IHA), pada periode 2013-2018, total komitmen keuangan global untuk PLTA mencapai sekitar $80 miliar per tahun.
Negara-negara yang paling aktif dalam memberikan komitmen keuangan untuk PLTA selama periode tersebut adalah Tiongkok, Brasil, dan India. Tiongkok menjadi negara dengan komitmen keuangan terbesar untuk PLTA, mencapai $27 miliar per tahun pada tahun 2018, diikuti oleh Brasil dengan komitmen sekitar $16 miliar per tahun pada tahun 2017, dan India dengan komitmen sekitar $12 miliar per tahun pada tahun 2018.
Selain itu, beberapa negara maju juga memberikan kontribusi besar dalam membiayai pengembangan PLTA di negara berkembang. Amerika Serikat, Jepang, dan Uni Eropa masing-masing memberikan komitmen keuangan sekitar $8 miliar, $7 miliar, dan $6 miliar per tahun pada tahun 2018.
Namun, meskipun adanya komitmen keuangan yang besar untuk pengembangan PLTA, masih terdapat beberapa tantangan yang harus dihadapi, seperti ketersediaan lahan dan dampak sosial dan lingkungan dari pembangunan PLTA. Oleh karena itu, pengembangan PLTA harus dilakukan secara berkelanjutan dengan memperhatikan aspek-aspek lingkungan dan sosial, serta mengoptimalkan manfaat dari pembangunan PLTA secara keseluruhan.
