Mulai Sadar Kesehatan, Ini Tren Konsumsi Makanan dan Minuman Manis di Indonesia

Tren masyarakat dalam mengonsumsi makanan dan minuman manis, 29% di antaranya memilih makanan atau minuman dengan gula asli dan 22% memilih less sugar.

Tren Konsumsi Makanan dan Minuman Manis 2024

Sumber: Populix
GoodStats

Makanan dan minuman manis memang terlihat sangat menggoda, tetapi konsumsi yang tinggi dalam jangka panjang dapat membawa petaka. Kementerian Kesehatan melaporkan pada Survei Kesehatan Indonesia 2023, prevalensi penyakit diabetes melitus mengalami peningkatan hingga 11,7% pada penduduk berusia di atas 15 tahun. Prevalensi ini lebih tinggi dibandingkan data Riset Kesehatan Dasar 2018, yaitu prevalensi diabetes Indonesia mencapai 10,9%.

Peningkatan prevalensi diabetes di Indonesia menimbulkan ancaman bagi pembangunan kesehatan Indonesia. Pergeseran pola penyakit dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular semakin memperparah situasi. 

Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab tertinggi kasus kematian di dunia, yaitu sebanyak 74%. Adapun empat jenis PTM yang menjadi penyebab kematian berdasarkan jumlah kasus terbanyak, yaitu penyakit jantung, kanker, penyakit pernapasan kronis, dan diabetes (Fitri, et al. 2023).

Diabetes dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor, baik faktor risiko yang dapat diubah maupun yang tidak. Faktor risiko yang dapat diubah berkaitan erat dengan gaya hidup seseorang, salah satunya adalah pola makan yang diterapkan dalam sehari-hari. Semakin berkembangnya industri makanan dan minuman manis, juga didukung dengan kemudahan akses akibat perkembangan teknologi, meningkatkan kecenderungan masyarakat untuk mengonsumsi makanan dan minuman manis. 

Survei Populix terhadap 1.252 responden pada Juli 2024, menunjukkan kebiasaan masyarakat Indonesia dalam mengonsumsi makanan atau minuman manis. Persentase tertinggi ditunjukkan oleh kebiasaan masyarakat Indonesia yang cenderung memilih makanan atau minuman yang menggunakan gula asli (29%), diikuti dengan kebiasaan memilih makanan/minuman yang memiliki label “less sugar” atau “tanpa gula tambahan” (22%), dan membaca kandungan gula pada kemasan sebelum membeli produk (15%).

Data tersebut menunjukkan bahwa meskipun ada peningkatan kecenderungan untuk mengonsumsi makanan dan minuman manis, lebih dari 50% masyarakat tetap selektif terhadap produk yang akan dikonsumsi.

Pemilihan produk yang menggunakan gula asli dan memperhatikan kandungan gula dalam produk menjadi bentuk kesadaran setiap individu untuk perlahan bergerak maju meninggalkan gaya hidup yang sedentari. Penyuluhan secara berkala oleh pemerintah atau peningkatan regulasi terhadap makanan dan minuman manis juga bisa menjadi langkah mengurangi prevalensi diabetes di Indonesia.

Baca Juga: Besar Kandungan Gula dalam Minuman Kemasan, Hati-Hati Diabetes

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook