Mobilitas di Jakarta selalu menjadi persoalan utama bagi warganya. Di tengah kemacetan dan keterbatasan akses transportasi umum, warga ibu kota terus mencari moda transportasi yang cepat, fleksibel, dan mudah digunakan. Pertanyaannya, transportasi apa yang kini paling diandalkan oleh warga Jabodetabek dalam aktivitas sehari-hari?
Survei Litbang Kompas yang dilakukan pada 14–28 Maret 2025 menyebutkan bahwa ojek dan taksi online kini menjadi transportasi andalan mayoritas warga Jabodetabek. Survei ini melibatkan 1.100 responden dan dilakukan melalui wawancara tatap muka. Hasilnya, moda transportasi daring ini mengungguli pilihan lain seperti KRL, Transjakarta, atau kendaraan pribadi.
Menariknya, penggunaan ojek dan taksi daring tidak berdiri sendiri sebagai moda utama, melainkan justru banyak dimanfaatkan sebagai moda penghubung ke transportasi massal. Sebanyak 36% responden menyatakan mereka menggunakan layanan daring untuk menuju stasiun KRL, disusul 13,9% ke stasiun LRT, dan 13,7% ke halte Transjakarta. Sisanya 11,4 % menuju stasiun MRT dan 25% lainnya langsung ke titik tujuan akhir seperti rumah, kantor, atau pasar. Data ini menunjukkan bahwa layanan daring telah menjadi bagian penting dalam pola mobilitas multimoda di Jakarta.
Lantas, apa alasan di balik tingginya ketergantungan terhadap layanan transportasi berbasis aplikasi ini?
Sebanyak 35,4% responden memilih ojek atau taksi online karena waktu tempuh yang cepat. Faktor kecepatan ini menjadi keunggulan utama, terutama di kota besar seperti Jakarta yang rawan akan macet. Selain itu, promo dan diskon menjadi alasan kedua sebesar 25%, menunjukkan bahwa faktor ekonomi tetap memengaruhi pilihan mobilitas warga.
Fleksibilitas juga menjadi poin penting dalam penggunaan ojek atau taksi online, sebanyak 23,7% responden menyukai kebebasan menentukan titik penjemputan dan tujuan, sesuatu yang tidak dimiliki oleh transportasi umum konvensional. Alasan lainnya meliputi kemudahan pemesanan sebesar 21,5%, akses yang mudah sebesar 20,9%, harga yang dianggap terjangkau sebesar 19,4%, waktu tunggu yang lebih cepat sebesar 19,1%, dan kenyamanan aplikasi yang user-friendly sebesar 11,9%.
Menariknya, hanya 8,6% responden menyebut absennya moda transportasi umum yang sesuai sebagai alasan utama. Artinya, dominasi ojek dan taksi online bukan sekadar karena ketiadaan pilihan, melainkan karena preferensi dan kenyamanan pengguna itu sendiri.
Fenomena ini menunjukkan pergeseran pola mobilitas masyarakat urban, dari transportasi massal menuju transportasi berbasis digital yang lebih personal dan fungsional. Di sisi lain, tren ini juga mendesak pemerintah untuk terus membenahi infrastruktur dan menciptakan kebijakan yang mampu mengintegrasikan moda daring dengan sistem transportasi umum secara optimal atau menjadikan ojek dan atau taksi online menjadi bagian dari transportasi umum Jabodetabek.
Baca Juga: Indonesia Jadi Pengguna Transportasi Online Terbesar 2024