Dalam beberapa dekade terakhir, masalah sampah telah menjadi perhatian global yang semakin memprihatinkan. Pengelolaan sampah yang kurang efektif berdampak langsung pada kualitas lingkungan, kesehatan, masyarakat, dan tentunya sumber daya alam.
Menurut World Bank, di tahun 2050 mendatang, volume sampah global diproyeksi akan naik mencapai 3,4 miliar ton. Jumlah sampah yang dihasilkan di negara berpenghasilan rendah juga akan naik 3 kali lipat pada tahun tersebut.
Adapun sampah makanan dan organik diproyeksi akan mendominasi komposisi sampah global, proporsinya mencapai 44%. Selain itu, 17% sampah dunia akan terdiri dari sampah kertas dan dus, seperti sisa koran bekas, kemasan produk, dan lain-lain.
Di posisi ketiga ada sampah plastik dengan komposisi mencapai 12%, diikuti sampah kaca dengan 5%, logam dengan 4%, karet dan kulit dengan 2%, kayu dengan 2%, dan limbah lainnya yang mencapai 12%.
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa sampah organik dan plastik menjadi dua jenis sampah yang mendominasi masalah sampah global. Kedua jenis sampah tersebut kebanyakan dihasilkan dari aktivitas rumah tangga, yang menunjukkan bahwa kegiatan sehari-hari manusia sangat berpengaruh terhadap komposisi sampah yang dihasilkan.
Meskipun kontribusi limbah material seperti kertas, kaca, logam, kayu, dan karet relatif kecil, bukan berarti pengelolaannya menjadi tidak penting. Setiap jenis limbah meskipun dalam jumlah yang lebih sedikit, tetapi tetap memiliki potensi untuk memberikan dampak negatif pada lingkungan jika tidak ditangani dengan baik.
Baca Juga: Indonesia Penghasil Sampah Makanan Terbesar di Asia Tenggara, Apa Solusinya?