United Nations Environment Programme (UNEP) melalui laporan Food Waste Index Report 2024 memperlihatkan bahwa Indonesia adalah negara penghasil sampah makanan rumah tangga terbanyak se-Asia Tenggara, tepatnya 14,73 juta ton per tahun.
Food loss and waste menjadi isu penting yang perlu diperhatikan karena jumlahnya yang semakin meningkat. Walaupun seringkali digunakan bersamaan, food loss dan food waste memiliki definisi yang berbeda.
Menurut Bappenas dalam Laporan Kajian Food Loss and Waste di Indonesia 2021, food loss merupakan kondisi penurunan kuantitas pangan akibat keputusan dan tindakan pemasok makanan dalam rantai makanan, kecuali ritel, penyedia layanan makanan, dan konsumen.
Sementara itu, food waste merujuk pada kondisi menurunnya kuantitas pangan akibat keputusan dan tindakan pengecer, layanan makanan, dan konsumen.
Dampak dari Food Loss and Waste
Peningkatan food loss and waste mengakibatkan kerusakan lingkungan berupa peningkatan emisi gas rumah kaca serta penggunaan air dan tanah yang tidak efisien.
Dari sisi ekonomi, hal ini menyebabkan pemborosan dan kerugian nilai makanan. Secara sosial, food loss and waste juga menimbulkan permasalahan kelaparan dan kekurangan gizi (Handoyo dan Asri, 2023).
Pentingnya Data dalam Menyusun Strategi
Penyusunan strategi yang tepat dalam mengurangi tingkat food loss and waste membutuhkan pendataan timbulan sampah makanan per tahunnya yang akurat. Bappenas melaporkan berdasarkan gabungan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) dan estimasi, total timbulan sampah makanan mencapai 23.318 ribu ton pada tahun 2023. Sementara itu, data yang hanya mengandalkan SIPSN menunjukkan penurunan timbulan sampah makanan hingga mencapai 7,053 ribu ton pada tahun yang sama.
Penggunaan data SIPSN dan estimasi menghasilkan gambaran yang lebih komprehensif dan konsistensi, sehingga dapat dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menentukan strategi.
Solusi Pertama, Mulai dari Rumah Tangga
Kepala Pemasaran Waste4Change, Hani Sumarno, mengungkap bahwa sampah rumah tangga adalah sumber terbesar food waste di Indonesia. Menurutnya, pengelolaan sampah sebaiknya dimulai dari perubahan perilaku berbelanja.
“Kalau masih ada makanan yang bisa digunakan kembali, sebaiknya dimaksimalkan. Tapi bukan berarti, misalnya minyak jelantah berkali-kali dipakai terus ya. Pokoknya harus dimaksimalkan bagaimana makanan yang sebenernya masih bisa diolah lagi untuk tidak dibuang,” ujarnya pada acara Merayakan Gastronomi Indonesia (4/2/2024), mengutip Media Indonesia.
Dengan langkah sederhana, seperti berbelanja dengan bijak dan memaksimalkan penggunaan bahan makanan sisa, masyarakat dapat berperan aktif dalam mengurangi food loss and waste di Indonesia.
Baca Juga: Emisi Agri Pangan Sumbang 31% terhadap Emisi Dunia