Menurut World Bank, emisi gas rumah kaca paling tinggi dihasilkan dari sistem pangan dan pertanian. Pada perhitungan sebelumnya, diperkirakan bahwa sektor pertanian, kehutanan, dan penggunaan lahan lainnya telah menghasilkan sekitar seperlima dari total emisi gas rumah kaca global.
Akan tetapi, menurut pengukuran yang lebih baru dan holistik, sistem pangan dan pertanian secara global bertanggung jawab atas emisi gas rumah kaca yang jauh lebih tinggi dari yang diperkirakan sebelumnya.
Secara global, sistem agri pangan bertanggung jawab atas 16 miliar metrik ton karbon dioksida (CO2) per tahun. Nilai ini sekitar 31% dari total emisi gas rumah kaca dunia.
Kontribusi terbesar terhadap emisi sistem agri pangan berasal dari emisi terkait peternakan, yang proporsinya mencapai 25,9%. Emisi konversi hutan berada di urutan kedua dengan 18,4%, diikuti emisi limbah sistem pangan sebesar 7,9%, pola konsumsi pangan rumah tangga sebesar 7,3%, produksi dan penggunaan pupuk sebesar 6,9%, emisi terkait lahan sebesar 5,7%, penggunaan dan pasokan energi di lahan pertanian sebesar 5,4%, serta emisi terkait produksi padi sebesar 4,3%.
Negara-negara berpenghasilan menengah merupakan penyumbang terbesar emisi gas rumah kaca dari sistem agri pangan. Meski begitu, negara-negara berpenghasilan tinggi memiliki emisi per kapita tertinggi.
Negara-negara berpenghasilan menengah menyumbang 68% emisi agri pangan global. Sementara negara-negara berpenghasilan tinggi dan rendah masing-masing menyumbang sebesar 21% dan 11% emisi agri pangan global.
Namun, perlu diingat bahwa negara berpenghasilan menengah memiliki populasi terbesar di seluruh dunia, totalnya mencapai 108 negara, dibandingkan negara berpenghasilan tinggi (77 negara) dan berpenghasilan rendah (28 negara). Untuk itu, tidak mengherankan jika negara berpenghasilan menengah cenderung menghasilkan emisi yang besar.
Baca Juga: Moda Transportasi Ini Sumbang Emisi Karbon Tertinggi!