Trading Economics mencatat bahwa inflasi makanan Indonesia termasuk salah satu yang tertinggi di Asia Tenggara. Per September 2024, inflasi makanan di Indonesia mencapai 2,57%, menjadi yang terbesar kelima di ASEAN.
Tingkat inflasi makanan tertinggi ASEAN di 2024 diraih oleh Laos dengan 23.44% dipengaruhi oleh ketidakstabilan ekonomi dan keterbatasan pasokan pangan.
Vietnam bertengger di urutan kedua dengan tingkat inflasi makanan sebesar 3,94%, diikuti Timor Timur dengan 3,6% dan Singapura dengan 2,7%.
Di bawah Indonesia, terdapat Thailand dengan tingkat inflasi makanan sebesar 2,25%, Malaysia dengan 1,6%, Filipina dengan 1,4%, Kamboja dengan 0,61%, dan Brunei Darussalam dengan 0,1%.
Myanmar mencatatkan inflasi makanan sebesar -7,6%, dipengaruhi stabilitas politik yang tidak menentu dan rendahnya permintaan pasar domestik.
Faktor yang memengaruhi inflasi makanan antara lain adalah produksi pangan, kondisi cuaca, kebijakan pemerintah, dan daya beli masyarakat. Indeks Harga Konsumen (IHK) digunakan untuk indikator utama yang mengukur inflasi yang merefleksikan daya beli dan kesejahteraan masyarakat.
Selain beberapa faktor di atas, volatilitas harga pangan global dan ketidakstabilan pasokan juga turut berkontribusi menentukan tingkat inflasi makanan. Negara yang mengalami inflasi makanan tinggi perlu mengadopsi strategi pengendalian harga serta meningkatkan produksi lokal.