Tingkat pengangguran terbuka menjadi salah satu indikator penting yang mencerminkan dinamika perekonomian dan pasar tenaga kerja suatu negara. Tingkat pengangguran terbuka sendiri didefinisikan sebagai persentase jumlah pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja. Perubahan ekonomi global hingga kebijakan pemerintah punya andil yang signifikan dalam fluktuasi angka pengangguran.
Mengutip Badan Pusat Statistik (BPS), dalam beberapa tahun terakhir tingkat pengangguran terbuka di Indonesia mengalami penurunan. Sepuluh tahun yang lalu atau pada 2015, tingkat pengangguran terbuka di Indonesia masih di angka 5,81% pada awal tahun dan 6,18% pada pertengahan tahun. Persentase itu berangsur-angsur menurun hingga 2024.
Pada 2016, persentase tingkat pengangguran terbuka di Indonesia berada di angka 5,50% pada awal tahun dan 5,61% pada pertengahan tahun. Setahun setelahnya, persentasenya menjadi 5,33% pada awal 2017 dan 5,50% pada pertengahan 2017.
Tahun 2018, persentasenya kembali menyusut di angka 5,10% pada awal tahun dan 5,30% pada pertengahan tahun. Setahun berikutnya pada 2019, persentasenya kembali menurun menjadi 4,98% dan 5,23% pada awal dan pertengahan tahun.
Tahun 2020, sempat ada kenaikan persentase tingkat pengangguran di Indonesia yang merupakan imbas dari adanya Covid-19. Pada tahun tersebut, persentasenya menyentuh 4,94% pada awal tahun dan 7,07% pada pertengahan tahun.
Memasuki tahun 2021, persentase tingkat pengangguran di Indonesia tak serendah sebelum tahun 2020. Persentasenya di angka 6,26% pada awal dan 6,49% pada pertengahan tahun.
Tahun 2022 dan 2023, persentasenya terus menurun dengan rincian 5,83% dan 5,86% pada 2022 serta 5,45% dan 5,32% pada 2023. Kemudian, pada 2024, persentasenya semakin menyusut dan mencapai titik terendahnya dengan angka 4,82% pada awal tahun dan 4,91% pada pertengahan tahun.
Baca Juga: Tingkat Pengangguran Terbuka pada Lulusan SMK Per Agustus 2024
