Batu bara merupakan salah satu komoditas ekspor utama Indonesia yang memiliki kontribusi signifikan terhadap devisa negara. Komoditas ini berfungsi sebagai bahan bakar pembangkit listrik yang terbentuk dari endapan batuan organik. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat adanya penurunan ekspor batu bara dari Indonesia ke lima negara importir utama pada tahun 2024, yaitu China, India, Jepang, Filipina, dan Malaysia.
Penurunan persentase tertinggi terjadi pada ekspor ke Jepang, yaitu sebesar 18,67%. Pada tahun 2023, ekspor batu bara Indonesia ke negara ini mencapai US$4,8 miliar dan turun menjadi US$3,9 miliar pada tahun 2024.
Filipina berada di urutan kedua dengan persentase penurunan terbesar sebesar 18,30%. Ekspor pada negara ini turun menjadi US$2,8 miliar pada 2024. Posisi berikutnya diisi oleh negara India dengan penurunan sebesar 13,93% menjadi US$6,2 miliar.
Malaysia juga mengalami penurunan yang cukup besar, yakni sebesar 11,19%. Nilai ekspor yang semula US$2,7 miliar pada 2023 turun menjadi US$2,4 miliar pada 2024.
Sementara itu, China, yang merupakan salah satu mitra dagang terbesar Indonesia di sektor batu bara, mencatat penurunan paling kecil. Nilai ekspor batu bara ke China turun 6,04% dari US$7 miliar pada 2023 menjadi US$6,6 miliar pada 2024.
Peningkatan berat ekspor di tengah penurunan nilai ekspor disebabkan oleh tren penurunan harga batu bara di pasar global. Penurunan harga tersebut berdampak langsung pada nilai ekspor. Dengan demikian, meskipun batu bara masih menjadi komoditas unggulan dalam ekspor sektor pertambangan, dinamika harga di pasar global serta perubahan kebijakan energi di negara mitra dagang menjadi faktor penting yang perlu diperhatikan dalam menjaga kinerja ekspor komoditas ini ke depan.
Baca Juga: Sempat Lesu, Harga Batu Bara Kini Kembali Tunjukkan Tren Positif
Sumber:
https://www.bps.go.id/id/publication/2025/08/07/60d9e9fbe50bcd95323977ba/analisis-komoditas-ekspor--2020-2024--sektor-pertanian--industri--dan-pertambangan.html
