Indonesia adalah salah satu negara di dunia dengan ketergantungan sektor energi pada batubara yang cukup tinggi. Hal ini terbukti dari data CTEI (Coal Transitions and Environmental Performance Review Index) yang dikeluarkan oleh Harvard Kennedy School pada tahun 2022. Indonesia mencetak skor tertinggi dari 21 negara pada CTEI agregat dengan skor 5.76.
Berdasarkan data tersebut, batubara di Indonesia menyumbang hampir sepertiga dari total pasokan energi dan 60% dari pembangkitan listrik. Meskipun angka ini lebih rendah dibandingkan dengan China yang batubara-nya menyumbang sekitar 60% dari total pasokan energi dan sekitar 65% dari pembangkitan listrik, namun angka tersebut masih cukup signifikan.
Indonesia dinilai memiliki skor tinggi dalam kategori kesenjangan pembangunan karena GDP dan konsumsi energinya per kapita yang relatif rendah. Namun, Indonesia mencetak skor sangat tinggi dalam ketergantungan ekonomi pada batubara, dengan hanya Australia dan Mongolia memiliki pangsa ekspor batubara yang lebih tinggi dalam total ekspor barang.
Tidak hanya itu, Indonesia juga dinilai memiliki skor sangat tinggi dalam kategori keterikatan (lock-in) karena umur modalnya yang sangat muda. Rata-rata usia pembangkit listrik tenaga batu bara hanya 12 tahun, sedikit di bawah China yang mencapai 13 tahun, namun lebih tinggi dari Vietnam yang hanya 8 tahun.
Tentunya, hal ini menjadi suatu tantangan bagi Indonesia untuk beralih dari ketergantungan sektor energi pada batubara ke sumber energi yang lebih ramah lingkungan. Salah satu langkah awal yang sudah dilakukan adalah dengan mengembangkan energi terbarukan seperti energi surya, energi angin, dan energi air. Pemerintah juga telah mengeluarkan berbagai kebijakan dan program untuk mempercepat transisi energi bersih, seperti Program 35 ribu MW dan Program Kelistrikan Berkelanjutan.
Diharapkan dengan adanya kesadaran dan upaya bersama, Indonesia dapat segera beralih ke sumber energi yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan untuk memenuhi kebutuhan energi nasional tanpa merusak lingkungan.