Fenomena kerusakan lingkungan terus disuarakan di seluruh belahan dunia. Alam semakin rusak, namun manusia masih tidak peduli. Sebagian besar kerusakan lingkungan sejatinya disebabkan oleh aktivitas manusia dalam bekerja. Untuk itu, guna menjaga lingkungan, diperlukan komitmen dan kemauan yang tinggi dari masyarakat.
Tidak hanya di dunia, Indonesia juga mengalami hal yang sama. Indonesia merupakan penghasil sampah makanan terbesar di Asia Tenggara. Tidak hanya itu, menurut laporan Bank Dunia berjudul The Atlas of Sustainable Development Goals 2023, Indonesia merupakan negara penghasil sampah terbesar ke-5 pada tahun 2020 silam.
Sejatinya, masalah utama yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia yang membuatnya tidak bisa menjaga kesehatan lingkungan adalah kesadaran. Masyarakat Indonesia tahu bahwa lingkungan harus dijaga dan kerusakan lingkungan akan berdampak buruk bagi dunia. Mereka hanya tahu tanpa mau peduli. Sama seperti kasus foto pre-wedding di Gunung Bromo, seolah tidak ada kepedulian dari masyarakat Indonesia terhadap lingkungan. Barulah ketika lingkungan "berbalik menyerang", masyarakat Indonesia mulai bersungut-sungut.
Anak muda Indonesia mengungkapkan rasa optimisnya bahwa kerusakan lingkungan dapat dicegah di masa depan melalui Survei Indeks Optimisme 2023. Semangat optimisme ini hendaknya dibarengi dengan tindakan nyata, karena ide dan pikiran tanpa perbuatan sama saja bohong. Lingkungan bisa diselamatkan selama semua orang mau bekerja dan berusaha.