Belakangan ini berbagai masalah ekonomi dan sosial melanda Indonesia, mulai dari kelangkaan gas LPG, isu efisiensi anggaran pada beberapa kementarian dan lembaga pemerintahan, hingga turunnya daya beli masyarakat. Hal tersebut memicu keresahan warganet dan memunculkan #KaburAjaDulu sebagai bentuk keinginan warganet untuk mencari peluang yang lebih baik di luar negeri.
Namun, berdasarkan Numbeo, biaya hidup di Indonesia masih menjadi yang termurah di ASEAN per tahun 2025, sementara Singapura menjadi negara ASEAN dengan indeks biaya hidup termahal, di angka 79,1.
Indeks biaya hidup yang dirancang oleh Numbeo menunjukkan harga relatif barang konsumsi seperti bahan makanan, restoran, transportasi, dan utilitas. Indeks biaya hidup belum termasuk dengan biaya sewa properti.
Indeks biaya hidup ini didasarkan terhadap biaya hidup di New York, dengan indeks dasar 100% untuk kota tersebut. Apabila nilai indeks berada di angka 90, artinya harga barang konsumsi pada negara tersebut 10% lebih murah dibandingkan Kota New York, sementara jika angka indeks suatu negara adalah 120, maka harga barang konsumsi di negara tersebut 20% lebih mahal dari New York.
Brunei jadi negara dengan indeks biaya hidup termahal kedua di ASEAN, dengan nilai sebesar 44,4. Kamboja masuk ke dalam tiga besar, dengan nilai indeks biaya hidup di angka 33,9.
Thailand menyusul di urutan selanjutnya dengan nilai indeks hampir sama dengan Kamboja yaitu 33,7. Malaysia menduduki peringkat kelima dengan nilai indeks sebesar 29,7.
Filipina menjadi negara dengan indeks biaya hidup termurah ketiga di ASEAN, dengan nilai indeks 28,8. Vietnam berada di peringkat selanjutnya dengan indeks sebesar 26,6. Indonesia menjadi negara dengan biaya hidup termurah di ASEAN, dengan nilai indeks 24,6. Untuk data indeks biaya hidup Laos, Timor Leste, dan Myanmar tidak tersedia.
Baca Juga: Standar Hidup Layak Orang Indonesia Naik Jadi Rp1,03 Juta per Bulan, Jakarta Tertinggi
