Dilansir dari autoexpose.org, lignit merupakan jenis batubara muda yang terbentuk dari proses coalifaction dari gambut menjadi batubara. Lignit sendiri berwarna coklat dan terbentuk sejak 251 juta tahun lalu.
Berdasarkan data BPS, frekuensi ekspor lignit Indonesia ke China dalam 10 tahun terakhir cukup fluktuatif. Jumlah volume ekspornya dalam rentang 2013-2022 mencapai 664,9 juta ton atau setara US$ 28,91 miliar.
Selama 10 tahun belakangan ini, China selalu konsisten menjadi satu-satunya pembeli lignit Indonesia terbesar. Jumlah pembelian lignit dari negara selain China, volumenya tidak pernah melebihi 3 juta ton setiap tahunnya. Namun China, secara konstan membeli lignit Indonesia dengan volume 30-100 juta ton per tahunnya.
Dalam periode 2013-2022, volume ekspor lignit terendah ke China terjadi pada tahun 2015 dengan total ekspor sebanyak 36,05 juta ton lignit atau setara US$ 1,18 miliar. Sedangkan total ekspor tertinggi terdapat pada 2022 dengan total 102,82 juta ton senilai US$ 7,53 miliar.
Selain China, ada beberapa negara yang juga menjadi pasar ekspor lignit Indonesia, seperti Korea Selatan, India, Filipina, Malaysia, Taiwan, Thailand, Kamboja, Spanyol, serta Jepang.