Ekspor di Indonesia terbagi atas komoditas migas dan nonmigas. Dalam komoditas nonmigas, per Februari 2024 nilainya mencapai US$22.461 juta sendiri, yang terbagi atas beberapa komoditas ekspornya.
Dalam data dari Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor non migas di tanah air dengan nilai ekspor tertinggi ada dari komoditas batu bara. Komoditas ini mendominasi nilai ekspor Indonesia pada Februari 2024 dengan nilai US$4.998,5 juta.
Meskipun begitu, nilai ekspor batu bara pada bulan tersebut terpantau menurun 24,45% dibanding nilai ekspor pada Februari 2023. Pada bulan tersebut, nilai ekspor batu bara pernah mencapau US$6.615,9 juta.
"Nilai ekspor batu bara pada Januari-Februari 2024 turun US$1.617,4 juta dari periode tahun sebelumnya, sehingga komoditas ini menyumbang sekitar 13,45 persen ekspor nonmigas nasional," tulis BPS.
Pada posisi kedua, terdapat komoditas minyak kelapa sawit yang memiliki nilai US$3.331,4 juta, disusul logam dasar bukan besi dengan nilai ekspor US$2.211,6 juta. Kedua komoditas ini juga mengalami penurunan dibanding periode sebelumnya, dengan masing-masing penurunan di angka 22,43% serta 13,67%.
Sektor besi baja menduduki posisi nomor empat dengan kontribusi nilai ekspor sebanyak US$2.140,8 juta. Nilai ekspor pada komoditas ini mengalami kenaikan sebanyak 9,87% dibanding Februari 2023. Selain itu, komoditas bijih tembaga menyumbang US$1.486,2 juta nilai ekspor, naik 63,81% dibanding tahun sebelumnya, disusul komoditas seperti pakaian jadi (konveksi) dari tekstik, lignit, kendaraan bermotor roda 4 atau lebih, kimia dasar organik, dan lain sebagainya.
"Pada Januari-Februari 2024, nilai ekspor komoditas pakaian jadi (konveksi) dari tekstil mengalami peningkatan sekitar US63,3 juta (5,50 persen) dibanding periode tahun sebelumnya dan peranannya mencapai 3,26 persen terhadap total ekspor nonmigas," tambah BPS.
