Banyaknya tenaga kesehatan (nakes) di suatu negara dapat mencerminkan kualitas kesehatan negara tersebut, termasuk dalam konteks di Indonesia. Dalam data yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, terdapat 1,38 juta tenaga kesehatan prioritas. Para tenaga kesehatan tersebut tersebar di berbagai rumah sakit serta puskesmas tanah air.
Dari 1,38 juta tersebut, sebanyak 636,3 ribu merupakan tenaga kesehatan berprofil perawat. Hal ini membuat perawat menguasai 46,06% jumlah tenaga kesehatan prioritas di Indonesia. Pada posisi kedua, terdapat bidan dengan jumlah 367,9 ribu (26,63%).
Dari sisi wilayah, kabupaten/kota dengan tenaga kesehatan non-ASN terbanyak ada di Kota Surabaya. Ibukota Provinsi Jawa Timur ini tercatat memiliki 16,3 ribu tenaga kesehatan, disusul Jakarta Selatan dengan jumlah tenaga kesehatan di angka 15,2 ribu.
Di bawah Jakarta Selatan, Jakarta Pusat menduduki posisi nomor tiga dengan 14,7 ribu tenaga kesehatan, kemudian Kota Bandung dengan angka di 12,8 ribu.
Terdapat 2 kabupaten/kota di luar Pulau Jawa yang masuk jajaran 10 besar daftar ini. Kota Medan mengisi posisi nomor 6 dengan jumlah 11,4 ribu orang tenaga kesehatan. Kemudian, Kota Makassar berada di posisi nomor 10 dengan jumlah tenaga kesehatan mencapai 8,5 ribu.
Mayoritas tenaga kesehatan di Indonesia adalah perawat, yang berarti terdapat sekitar 2,4 perawat per 1.000 penduduk Indonesia. Selain itu, itu berarti terdapat 1,4 bidan per 1.000 penduduk Indonesia.
Presiden Republik Indonesia Joko Widodo dalam salah satu kesempatan pernah mengkritisi kurangnya jumlah dokter di Indonesia. Ia mengungkapkan, Indonesia hanya mampu menciptakan 2.700 dokter spesialis per tahunnya.
“Saya kaget, (rasio dokter) kita 0,47 dari 1.000 penduduk, dan peringkat 147 dunia, sangat rendah sekali. Di ASEAN kita peringkat 9, berarti masuk tiga besar tapi dari bawah,” kata Joko Widodo melansir VOA Indonesia.