Jepang seringkali dikenal dengan tingkat kecerdasan yang tinggi. Karakteristik ini telah menjadi ciri khas yang melekat pada masyarakat Jepang. Prestasi akademis yang gemilang, inovasi teknologi yang terus menerus, serta kontribusi yang signifikan terhadap berbagai bidang ilmu pengetahuan dan industri menjadi pendorong utama reputasi kecerdasan Jepang.
Hal ini terbukti melalui studi yang dilakukan oleh psikolog Inggris, Richard Lynn tentang kecerdasan dunia.
Dalam studi yang berjudul “The Intelligence of Nations”, Lynn mengukur IQ rata-rata warga negara di 132 negara dan menghitung estimasi skor untuk 71 negara lainnya.
Dilansir dari World Population Review, Jepang menduduki posisi pertama dengan rata-rata IQ 106.48. Disusul dengan Taiwan dengan rata-rata IQ 106.47 dan Singapura dengan rata-rata IQ 105.89.
Tingkat kecerdasan yang diukur melalui skor IQ seringkali merefleksikan kualitas sistem pendidikan serta ketersediaan sumber daya bagi penduduk suatu negara. Negara-negara dengan skor IQ yang lebih rendah cenderung memiliki tingkat kemiskinan yang lebih tinggi dan kurangnya perkembangan terutama dalam sektor pendidikan.
Di sisi lain, negara-negara yang menduduki peringkat tertinggi biasanya telah melakukan investasi signifikan dalam sektor pendidikan. Jepang sendiri dikenal dengan dedikasinya yang tinggi terhadap pendidikan. Lalu, bagaimana dengan Indonesia?
Indonesia sendiri menempati urutan ke-126 dengan rata-rata IQ 78.49, yang cukup mengkhawatirkan mengingat angka tersebut lebih rendah dari rata-rata global, yaitu sebesar 82. Hal ini menunjukkan perlu adanya perbaikan dalam bidang pendidikan di Indonesia.
Meskipun demikian, penting untuk memahami bahwa IQ tidaklah segalanya dan bukan satu-satunya penentu kecerdasan atau potensi seseorang atau suatu negara. Faktor-faktor lain seperti lingkungan sosial, akses terhadap pendidikan berkualitas, serta kesempatan untuk berkembang dan mengoptimalkan potensi individu juga berperan penting.
