Indonesia sering dijuluki sebagai negara maritim karena memiliki wilayah perairan yang lebih luas daripada wilayah daratan. Di dalam wilayah perairan Indonesia, tersebar ribuan pulau-pulau yang membentang dari ujung Sabang hingga Merauke. Sebagai sebuah negara kepulauan, tentunya Indonesia memiliki berbagai desa yang letak geografisnya berada di tepi laut, atau bisa juga disebut desa tepi laut.
Pada zaman modern ini, pencemaran lingkungan menjadi suatu isu global yang dihadapi oleh umat manusia. Desa tepi laut sangat dampak atas pencemaran lingkungan yang terjadi karena banyaknya limbah dan sampah yang terbawa ke wilayah perairan. Pencemaran wilayah perairan sangat memengaruhi kehidupan di desa tepi laut, karena masyarakat di daerah tersebut menggantungkan hidup mereka dari sumber daya laut.
Berdasarkan Statistik Sumber Daya Laut dan Pesisir 2024 yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), sebanyak 2.131 desa tepi laut mengalami pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan yang paling banyak terjadi adalah pencemaran air yang dialami oleh 1.211 desa tepi laut. Selain pencemaran air, 789 desa tepi laut mengalami pencemaran udara, dan 131 desa tepi laut mengalami pencemaran tanah.
Sumber pencemaran terbesar di desa tepi laut adalah limbah rumah tangga, yang menyebabkan pencemaran air di 708 desa, pencemaran udara di 145 desa, dan pencemaran tanah di 61 desa.
Selain limbah rumah tangga, pencemaran desa tepi laut juga berasal dari limbah pabrik. Limbah ini mengakibatkan 422 desa mengalami pencemaran air, 385 desa mengalami pencemaran udara, 57 desa mengalami pencemaran tanah.
Terdapat pula, sumber pencemaran di luar limbah rumah tangga dan limbah pabrik yang menyebabkan pencemaran air di 81 desa, pencemaran udara di 259 desa, dan pencemaran tanah di 13 desa.
Baca Juga: 10 Negara dengan Tingkat Pencemaran Sampah Plastik di Laut Terendah
