Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS). nilai ekspor mukena Indonesia mengalami penurunan signifikan dalam 3 tahun terakhir. Pada 2024, nilai ekspor mukena Indonesia dengan kode HS 62114220 turun 73,26% menjadi US$1,15 juta, merosot tajam dari nilai pada 2023 yang mencapai US$4,32 juta. Padahal, pada 2022, nilai ekspor mukena Indonesia mencapai US$5,96 juta, menjadi yang tertinggi dalam 5 tahun terakhir.
Indonesia tercatat mengekspor mukena ke 18 negara pada 2024, kebanyakan berasal dari kawasan Asia Tenggara. Malaysia jadi negara utama tujuan ekspor mukena Indonesia, dengan nilai mencapai US$961,1 ribu, disusul Filipina dengan ekspor mencapai US$116,7 ribu. Posisi ketiga masih dipegang negara tetangga, Thailand, dengan nilai mencapai US$30,1 ribu. Sementara itu, India jadi negara tujuan utama ekspor mukena Indonesia di luar ASEAN, yang nilainya mencapai US$23,8 ribu pada 2024.
Selama beberapa tahun terakhir, Malaysia masih tetap jadi mitra utama untuk ekspor mukena Indonesia. Nilai ekspornya pada 2024 bahkan setara dengan 83,2% dari total nilai ekspor. Hal ini tidak mengherankan, mengingat negeri jiran tersebut memiliki kedekatan budaya yang menyebabkan selera penduduknya yang hampir sama.
Sayangnya, nilai ekspor mukena ke Malaysia juga menurun drastis, padahal sempat menyentuh angka tertinggi pada 2022 yang sebesar US$5,9 juta. Penurunan ini disinyalir akibat munculnya produk lokal yang lebih digemari di Malaysia serta adanya perubahan preferensi konsumen yang kini lebih memilih mukena dengan tampilan modern.
Dalam hal ini, dorongan inovasi baru, pemasaran yang lebih kreatif, serta produk yang lebih mengikuti perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat menjadi kunci untuk meningkatkan kembali ekspor mukena Indonesia dan membuat Garuda menjadi pemain utama dalam pasar mukena internasional. Diperlukan kerja sama antara pemerintah dengan penjual lokal untuk terus meningkatkan kualitas produk yang dipasarkan secara internasional.
Baca Juga: Jelang Ramadan dan Idul Fitri, Masyarakat Banyak Siapkan Pakaian Baru