Merebaknya tren bookstagram di kalangan anak muda memberikan pengaruh pada peningkatan kegiatan literasi khususnya kegiatan membaca di Indonesia. Bookstagram merupakan sebutan bagi para pecinta buku yang membagikan kegiatan membaca mereka di platform Instagram dan seringkali berbagi kegiatan mereka ketika mengunjungi toko buku, perpustakaan dan juga rekomendasi buku-buku yang perlu dibaca oleh audiens.
Tren bookstagram ini menarik banyak kalangan terlebih anak muda, untuk membaca buku dan ikut berbagi pengalaman mereka mampir ke toko buku atau perpustakaan termasuk membaginya di media sosial mereka.
Berdasarkan data Indeks Pertumbuhan Literasi Masyarakat (IPLM) yang dikeluarkan oleh Perpusnas melalui situs resmi mereka, terdapat peningkatan kegemaran masyarakat dalam berliterasi khususnya kegiatan membaca.
Tahun 2022 tingkat literasi masyarakat ada pada nilai 64,40 dan terus meningkat pada tahun berikutnya dengan nilai 69,42. Data terakhir pada tahun 2024 menunjukkan tingkat literasi pada angka 73,52. Adapun perolehan indeks IPLM menggunakan metode survei dengan pengukuran terhadap frekuensi membaca, durasi membaca, dan jumlah buku yang dibaca.
Tren bookstagram ini telah mempengaruhi ketertarikan anak muda untuk mulai membaca buku, yang ditunjukkan dengan bermunculannya klub-klub penggemar buku, lapak perpustakaan gratis, dan ramainya kedai kopi yang didesain seperti perpustakaan, membuat kegiatan ini lebih menyenangkan.
Oleh karena itu munculnya tren bookstagram adalah langkah awal untuk lebih memperkenalkan kegiatan membaca dengan cara yang lebih kekinian dan tentunya dapat menarik minat masyarakat khususnya kalangan anak muda.
Peningkatan terhadap kualitas membaca masyarakat dapat berdampak pada cara berpikir masyarakat yang lebih kritis dan komprehensif, hal itu menandakan bahwa meningkatnya literasi merupakan awal baru untuk merealisasikan kehidupan masyarakat yang lebih baik.
Baca Juga: Preferensi Genre Buku Bacaan Gen Z
