Kebijakan tarif impor Amerika Serikat mengguncang banyak industri global, tak terkecuali otomotif yang turut jadi korban. Kebijakan yang diinisiasi oleh Trump ini bertujuan memaksa pabrikan untuk memindahkan produksi mereka ke dalam negeri. Alasannya cukup jelas, menurut laporan S&P Global Mobility, hampir separuh dari kendaraan baru yang dijual di AS sepanjang 2024 dirakit di luar negeri.
Kondisi ini membuat sejumlah merek otomotif dunia rentan terhadap tekanan pasar Negeri Paman Sam. Berdasarkan data dari Wall Street Journal dan laporan perusahaan setiap perusahaan yang diolah Visual Capitalist, Honda menjadi pabrikan dengan eksposur tertinggi ke pasar AS. Sebanyak 39% penjualan global Honda diserap oleh pasar Amerika Serikat pada 2024.
Hyundai menyusul di posisi kedua dengan 29%, diikuti Nissan (28%), Porsche (28%), dan KIA (28%). Bahkan merek eksklusif seperti Ferrari pun mencatat 25% penjualannya bergantung pada AS, setara dengan Toyota. BMW, Volvo, dan Mercedes-Benz juga turut terdampak, meski dengan eksposur yang lebih kecil di bawah 20%.
Perlu dicatat, data yang dihimpun Visual Capitalist berasal dari periode April hingga Desember 2024 untuk Toyota, Honda, dan Nissan. Sementara untuk VW Group dan Hyundai, digunakan data penjualan di kawasan Amerika Utara sebagai acuan.
Tekanan ini tak hanya berdampak pada strategi produksi dan distribusi pabrikan, tapi juga pada proyeksi industri otomotif secara keseluruhan. Mengutip Reuters, Goldman Sachs (perusahaan perbankan investasi) merevisi prediksi penjualan mobil di AS tahun 2025 dari 16,25 juta unit menjadi 15,40 juta unit. Artinya, ada potensi penurunan hingga 850.000 unit.
Dengan meningkatnya ketidakpastian, bukan tidak mungkin merek-merek global akan mengambil langkah agresif untuk mempertahankan pangsa pasarnya di AS. Mulai dari investasi pabrik lokal hingga perubahan jalur distribusi, semuanya mungkin dilakukan demi menghindari beban tarif yang semakin menekan.
Baca Juga: Ini Dia Ragam Barang Impor Utama Amerika Serikat Untuk Indonesia