Berdasarkan data Centers for Disease Control and Prevention (2024), penyandang disabilitas memiliki risiko obesitas yang lebih tinggi dibanding nondisabilitas. Risiko obesitas pada penyandang disabilitas mencapai 40,5%, lebih tinggi ketimbang orang dewasa nondisabilitas di angka 30,3%.
Selain itu, penyandang disabilitas juga memiliki kemungkinan merokok (20,9%) yang lebih tinggi ketimbang nondisabilitas (10,2%). Hal ini mencerminkan tantangan sosial, ekonomi, atau emosional yang mungkin lebih sering dihadapi oleh penyandang disabilitas, yang dapat meningkatkan kecenderungan mereka untuk merokok.
Lebih lanjut, 16,6% penyandang disabilitas berisiko terkena diabetes. 10,4% juga berisiko mengidap penyakit jantung. Angkanya lebih tinggi ketimbang orang dewasa nondisabilitas.
Dilansir dari laman Siloam Hospital, obesitas dapat meningkatkan risiko beberapa penyakit serius, seperti penyakit jantung, tekanan darah tinggi (hipertensi), diabetes. Penyandang disabilitas memiliki keterbatasan fisik yang mengurangi kemampuan mereka untuk berolahraga atau tetap aktif secara fisik. Aktivitas fisik yang rendah dapat menyebabkan peningkatan risiko obesitas, yang juga menjadi faktor risiko untuk diabetes dan penyakit jantung.
Di Amerika Serikat, sekitar 1 dari 4 penyandang disabilitas umur 18-44 tahun tidak memiliki penyedia layanan kesehatan tetap yang biasa mereka kunjungi. Tidak hanya itu, 1 dari 4 penyandang disabilitas juga tidak memiliki kebutuhan layanan kesehatan yang memadai akibat kendala biaya. Penyandang disabilitas cenderung kesulitan mendapatkan layanan kesehatan yang mereka perlukan, seperti obat, konsultasi, atau pemeriksaan, karena alasan finansial.
Sekitar 1 dari 6 penyandang disabilitas umur 45-64 tahun tidak melakukan pemeriksaan rutin selama setahun terakhir. Padahal, hal ini penting untuk memantau dan menjaga kesehatan mereka.
Baca Juga: Obesitas, Masalah Kesehatan Akibat Minimnya Aktivitas Serta Kurangnya Kontrol Asupan Makanan