Badan Pangan Nasional (BPN) menerbitkan Direktori Perkembangan Konsumsi Pangan Nasional dan Provinsi Tahun 2019-2023. Sebagaimana sambutan dari Kepala BPN, Arief Prasetyo Adi yang tertuang di dalam laporan tersebut, salah satu faktor yang memengaruhi kualitas sumber daya manusia adalah pemenuhan pangan yang beragam dan terjangkau oleh setiap penduduk di seluruh wilayah Indonesia.
Oleh karenanya, pemenuhan konsumsi pangan dan gizi yang saat ini diukur melalui indikator keragaman konsumsi pangan berbasis Pola Pangan Harapan (PPH) menjadi komitmen yang perlu diwujudkan sebagaimana amanat Undang-Undang Pangan No. 18/2012 dan Peraturan Pemerintah Nomor 17/2025 tentang Ketahanan Pangan dan Gizi.
Jika membahas Jakarta sebagai kota pilihan orang dari berbagai daerah untuk mengadu nasib, nyatanya skor PPH (Pola Pangan Harapan) Jakarta masih berada di bawah rata-rata nasional, yakni 92,7 dari 94,1. PPH sendiri adalah susunan pangan yang beragam didasarkan atas proporsi keseimbangan energi menurut kelompok pangan untuk memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi, baik dalam jumlah maupun mutu dengan mempertimbangkan aspek daya terima, ketersediaan pangan, ekonomi, budaya, dan agama.
Skor PPH dihitung berdasarkan tingkat konsumsi untuk 9 kelompok pangan, mulai dari padi-padian, umbi-umbian, pangan hewani, hingga bumbu dan bahan minuman.
Dalam hal ini, Jakarta masih perlu meningkatkan konsumsi umbi-umbian, sayur dan buah, serta kacang-kacangan. Namun, untuk pangan hewani, padi-padian, serta minyak dan lemak telah melebihi anjuran sehingga justru perlu diturunkan untuk mencapai komposisi ke arah keseimbangan gizi.
Adapun ringkasan data konsumsi pangan umbi-umbian, sayur dan buah, serta kacang-kacangan (gram per kapita per hari) warga Jakarta pada 2023 adalah sebagai berikut.
Dalam kelompok umbi-umbian, singkong menjadi bahan pangan dengan konsumsi tertinggi, unggul dibanding kentang dan ubi jalar, sedangkan untuk sagu dan umbi lain nilainya masih sangat kecil (di bawah 1 gram per kapita per hari). Berdasarkan Skor PPH Ideal, DKI Jakarta baru memenuhi 2% dari 6% kebutuhan umbi-umbian.
Sementara itu, kelompok bahan pangan kacang-kacangan didominasi oleh kedelai, sedangkan kacang tanah, hijau, dan lainnya meraih nilai konsumsi pangan kurang dari 3 gram per kapita per tahun. Berdasarkan Skor PPH Ideal, DKI Jakarta baru memenuhi 3,6% dari 5%.
Terakhir, untuk kelompok bahan pangan sayur dan buah, sayur mendominasi dengan mengalami kenaikan setiap tahun, walaupun sedikit melemah di tahun 2022. Buah juga mengalami peningkatan di tahun 2023, naik 10 poin dari tahun 2022. Berdasarkan Skor PPH Ideal, Jakarta baru memenuhi 5,8% dari 6%.
Data ini penting sebagai acuan dan referensi pengambilan kebijakan dalam menjalankan program-program pembangunan serta memberi manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.