Peningkatan populasi masyarakat Indonesia menyebabkan kebutuhan susu per kapita terus melonjak.
Selama beberapa tahun ke belakang, produksi susu paling banyak terjadi pada tahun 2018 yakni sebesar 951 ribu ton. Produksi susu sempat menurun pada tahun 2019 menjadi 944 ribu ton dan kembali naik menjadi 947 ribu ton pada tahun 2020.
Sementara itu, di tahun 2021, produksi susu stagnan yakni berada pada angka 946 ribu ton. Pada tahun 2022 dan 2023, produksi susu kembali turun, masing-masing menjadi sebesar 824 ribu ton dan 837 ribu ton.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi susu segar di Indonesia di tahun 2023 hanya mampu memenuhi 19% kebutuhan nasional yang sebesar 4,4 juta ton. Sebanyak 81% sisanya dipenuhi melalui impor.
Menurut data Data Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), rata-rata konsumsi susu tiap orang Indonesia paling tinggi terjadi pada 2011 lalu yang mencapai 4,61 kilogram (kg) per kapita. Perlu diperhatikan, konsumsi per kapita adalah jumlah suatu komoditas tertentu yang dikonsumsi per orang. Angka ini merupakan hasil dari pembagian total konsumsi dengan total populasi.
OECD memprediksi konsumsi susu akan terus melonjak dalam beberapa dekade ke depan dengan perkiraan mencapai 5,01 kg per kapita pada 2031 mendatang.
Di tengah kondisi produksi susu dalam negeri yang belum bisa memenuhi kebutuhan nasional, program susu gratis yang diusung oleh Presiden dan Wakil Presiden terpilih Prabowo-Gibran sempat diragukan mengingat program ini malah akan memakan biaya impor yang cukup besar.
Deputi Bidang Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik Pudji Ismartini mengatakan impor susu pada Agustus 2024 mencapai US$94,49 juta. Nilainya naik baik secara bulanan maupun tahunan. Nilai impornya pada Juli 2024 mencapai US$77,97 juta.
Baca Juga : Susu Kotak UHT dengan Kandungan Susu Segar Tinggi, Mana Favoritmu?