Keanekaragaman hayati dunia semakin terancam, seiring dengan meningkatnya globalisasi dan perkembangan teknologi. Aktivitas manusia malah mengancam spesies tertentu yang sudah terancam punah, mengganggu keseimbangan ekosistem dunia.
Menurut The Sustainable Development Goals Report 2024 oleh United Nations (UN), tingkat kepunahan suatu spesies diukur dengan menggunakan red list endex. Indeks ini berkisar antara nilai 0-1. Semakin mendekati 0, artinya spesies tersebut semakin mendekati kepunahan. Begitu pula sebaliknya, semakin besar nilainya, maka semakin aman suatu spesies dari ancaman kepunahan.
Secara global, red list index mencapai 0,72 di 2024. Tercatat, red list index di Afrika Utara dan Asia Barat mencapai 0,83, yang artinya spesies di sana tidak mendekati kepunahan. Capaian yang sama juga diraih kawasan Eropa dan Amerika Utara.
Sementara itu, spesies di Asia Tengah dan Selatan menunjukkan indeks terendah, yakni sebesar 0,67.
Keanekaragaman hayati global menghadapi ancaman yang terus berlanjut. Lebih dari 44.000 spesies atau 28% dari hampir 160.000 spesies yang ada di dunia, saat ini masuk kategori terancam punah. Spesies tersebut meliputi 70% cycad (sikad) dan 41% amfibi.
Spesies amfibi kebanyakan terancam punah akibat perubahan iklim, konversi habitat, dan penyakit jamur invasif. Misalnya, katak Buckley's glass masuk kategori sangat terancam punah akibat hilangnya habitat akibat perluasan pertanian dan penggembalaan ternak, penyakit jamur, dan perubahan iklim.
Secara regional, penurunan keanekaragaman hayati yang paling parah terlihat jelas di Asia Tengah dan Selatan serta di Asia Timur dan Tenggara. Penurunan keanekaragaman hayati yang sedang berlangsung ini memerlukan upaya konservasi lebih lanjut untuk melindungi jaringan kehidupan di bumi.
Baca Juga: Daftar Makhluk Hidup yang Terancam Punah