Sampah rumah tangga masih mendominasi komposisi sampah nasional pada 2024. Menurut data Sistem Informasi pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Indonesia menghasilkan sekitar 33,79 juta ton timbulan sampah sepanjang 2024. Volume tersebut turun 21,83% dibanding tahun 2023 yang bahkan mencapai 43,23 juta ton sampah, tertinggi selama 6 tahun terakhir.
Dari banyaknya sampah yang dihasilkan, lebih dari separuhnya merupakan sampah rumah tangga. Menurut PP Nomor 81 Tahun 2012, sampah rumah tangga merupakan sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga yang tidak termasuk tinja dan sampah spesifik. Sampah rumah tangga termasuk kaleng, botol kemasan, kemasan plastik, koran, majalah, barang elektronik, dan jenis sampah lainnya.
Pada 2024, volumenya mencapai 50,8% dari total komposisi sampah nasional, sedikit turun dari 2023 yang mencapai 60,45%.
Selain sampah rumah tangga, komposisi sampah pada 2024 juga bersumber dari sampah pasar yang mencapai 16,67%, disusul sampah kawasan sebesar 11,31%, sampah perniagaan sebesar 11,01%, sampah perkantoran sebesar 5,15%, sampah fasilitas publik sebanyak 3,53%, dan 1,53% sisanya berasal dari sumber lain.
Dari tahun ke tahun, komposisi sampah rumah tangga selalu mendominasi. Pada 2018, angkanya mencapai 81,15% dari total timbulan sampah nasional, yang kemudian turun menjadi 37,4% pada 2019. Setahun setelahnya, proporsinya naik tipis ke angka 37,69%, dan melonjak mencapai 48,9% pada 2021. Memasuki 2022, volume sampah rumah tangga mencapai 40,23%.
Masifnya sampah yang bersumber dari rumah tangga menggarisbawahi pentingnya pengolahan sampah di setiap keluarga. Kebiasaan rumah tangga untuk membuang sampah sembarangan tanpa diolah terlebih dahulu dapat membuat lingkungan sekitar menjadi tidak higienis dan kurang sehat, mengingat sampah rumah tangga masih mendominasi komposisi sampah.
Baca Juga: Jutaan Ton Sampah Tidak Terkelola di 2024