Saat ini, kehidupan manusia tak dapat dilepaskan dari kehadiran teknologi dan internet. Tidak berlebihan rasanya jika internet kini disebut sebagai kebutuhan primer bagi manusia. Hampir setiap kebutuhan hidup masyarakat dapat dipenuhi dengan bantuan internet, seperti membeli makanan, mengakses media hiburan, hingga mencari informasi.
Meskipun kehadirannya sangat penting, gangguan atau pelanggaran hak terhadap akses internet kerap kali terjadi di Indonesia. Berdasarkan data Southeast Asia Freedom of Expression Network (SAFEnet), Indonesia sudah mengalami 63 kasus gangguan atau pelanggaran hak akses internet hingga pertengahan 2025.
Pada Kuartal I 2025, tercatat 22 kasus pelanggaran hak akses internet, dengan rincian 10 kasus terjadi pada bulan Januari, 5 kasus pada bulan Februari, dan 7 kasus pada bulan Maret. Memasuki Kuartal II 2025, jumlah pelanggaran hak terhadap akses internet melonjak naik ke angka 41 kasus dengan rincian 9 kasus terjadi pada bulan April, 16 kasus terjadi pada bulan Mei, dan 16 kasus terjadi pada bulan Juni.
Berdasarkan kategori pelanggaran, gangguan dalam aspek infrastruktur merupakan yang paling sering terjadi, dengan total mencapai 37 masalah. Kategori kebijakan jadi sumber masalah kedua terbanyak dengan 21 kasus, diikuti kategori layanan dengan 12 kasus.
Berdasarkan temuan SAFEnet gangguan infrastruktur kerap kali dialami oleh daerah 3T (tertinggal, terluar, terdepan). Selain itu, masih terdapat perbedaan kualitas internet antara wilayah Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa. Melihat infrastruktur internet Indonesia yang acap kali mengalami gangguan, pemerintah harus mengevaluasi pemerataan kualitas infrastruktur internet di seluruh wilayah Indonesia.
Baca Juga: Tingkat Penetrasi Internet Indonesia Tembus 80% pada 2025
Sumber:
https://safenet.or.id/id/2025/04/pelanggaran-hak-digital-meningkat-seiring-gelombang-resistensi-sipil/
https://safenet.or.id/id/2025/07/laporan-pemantauan-triwulan-ii-2025/
