International Institute for Management Development atau IMD kembali menerbitkan indeks smart city. Kriteria penilaiannya antara lain adalah aspek ekonomi, teknologi, kualitas hidup, lingkungan, dan inklusivitas.
Dari total 142 kota besar yang masuk daftar smart city index, Indonesia memiliki tiga kota smart city, yakni Jakarta, Medan, dan Makassar.
Jakarta menempati peringkat 103 dari 142 kota, turun satu peringkat dari tahun sebelumnya. Kota Jakarta mendapat peringkat baik dalam keseluruhan penilaian kota pintar maupun pada faktor struktur dan teknologi. Dengan populasi sekitar 10.700.000 jiwa dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebesar 0.759, Jakarta memiliki Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita sebesar $14.460.
Dalam aspek kesehatan dan keamanan, Jakarta mencatat skor 68,7 untuk penggunaan angkutan umum; 67,8 dalam pengendalian polusi udara, dan 61,0 untuk fasilitas kesehatan. Perlu dicatat bahwa semakin tinggi skor, maka semakin baik kota tersebut berdasarkan aspek yang dinilai.
Pada aspek mobilitas, kota ini mencetak 63,9 dalam mengatasi kemacetan lalu lintas dan 68,1 untuk efisiensi transportasi publik. Untuk aktivitas, Jakarta memperoleh skor 60,0 dalam kegiatan budaya dan 66,6 untuk aktivitas luar ruangan.
Dari segi peluang kerja dan pendidikan, Jakarta mendapatkan skor 64,4 dalam ketersediaan pekerjaan dan 61,8 dalam akses ke pendidikan tinggi.
Dalam hal tata kelola, kota ini mencatat 62,8 untuk aksesibilitas layanan pemerintah dan 52,9 dalam pengendalian korupsi. Sikap warga Jakarta juga menunjukkan kesediaan untuk mengurangi penggunaan mobil pribadi sebesar 64,6%, kepercayaan terhadap teknologi baru sebesar 83,9%, dan tingkat transaksi non-tunai mencapai 66,7%.
Data ini menunjukkan bahwa Jakarta berfokus pada perbaikan kesehatan, keamanan, dan mobilitas, tetapi masih menghadapi tantangan dalam tata kelola dan pengendalian korupsi. Dengan langkah-langkah strategis, Jakarta diharapkan dapat meningkatkan peringkatnya di masa depan.
Selanjutnya, Medan menempati peringkat 112 dari 142 kota, sama dengan peringkatnya pada tahun sebelumnya. Kota dengan populasi sekitar 2.340.000 jiwa dan IPM sebesar 0.731 juga mendapat peringkat baik dalam keseluruhan penilaian kota pintar.
Medan unggul dalam hal peluang kerja dan pendidikan. Medan menunjukkan performa yang baik dengan ketersediaan lapangan kerja yang memadai dan akses yang ke institusi pendidikan tinggi. Selain itu, kota ini juga memiliki berbagai aktivitas luar ruangan dan kegiatan budaya yang cukup menarik, serta menunjukkan tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap penerapan teknologi baru.
Namun, Medan masih menghadapi tantangan dalam beberapa area. Fasilitas kesehatan di kota ini masih memerlukan perbaikan untuk memastikan layanan yang lebih baik bagi warganya. Upaya pengendalian polusi udara juga perlu ditingkatkan untuk menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat.
Tidak hanya itu, mobilitas juga menjadi area perhatian lantaran kemacetan lalu lintas yang masih menjadi masalah besar. Efisiensi dan kenyamanan transportasi publik perlu diperbaiki untuk memudahkan mobilitas warga.
Terakhir, Makassar menempati peringkat 115 dari 142 kota, turun satu peringkat dari tahun sebelumnya. Kota dengan populasi sekitar 1.580.000 jiwa dan IPM 0.699 ini menunjukkan performa yang baik dalam beberapa area, terutama dalam peluang kerja dan pendidikan. Makassar memiliki ketersediaan pekerjaan yang memadai serta akses yang cukup baik ke institusi pendidikan tinggi.
Sayangnya, dalam aspek kesehatan dan keamanan, fasilitas kesehatan di Makassar masih kurang memenuhi kebutuhan warga. Pengendalian polusi udara juga perlu ditingkatkan untuk menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat.
Dengan memperhatikan area yang perlu ditingkatkan, ketiga smart city tersebut dapat fokus pada perbaikan layanan yang masih kurang pada masing-masing kota. Langkah-langkah strategis ini akan membantu smart city untuk meningkatkan peringkatnya sekaligus meningkatkan kualitas hidup warga secara keseluruhan.
Upaya tersebut akan mendorong kota-kota besar di Indonesia menjadi kota yang lebih pintar, berkelanjutan, dan inklusif di masa depan.