Korupsi di tanah air sudah mendarah daging, bahkan diibaratkan sebagai budaya turun temurun yang sulit untuk dihilangkan. Mulai dari kasus korupsi BTS Kominfo hingga korupsi APD COVID-19, semakin digali, maka semakin banyak kasus korupsi bermunculan ke ranah publik. Bahkan, itu belum semua.
GNFI bekerja sama dengan Populix meluncurkan Survei Indeks Optimisme 2023. Survei ini bertujuan mengukur tingkat optimisme anak muda Indonesia terkait masa depan yang diukur dari berbagai aspek, salah satunya aspek politik dan hukum.
Menariknya, 35% anak muda Indonesia pesimis bahwa korupsi akan berkurang di masa depan. 27% memilih menjawab netral, dan sisanya, sebanyak 38%, masih optimis bahwa korupsi bisa dikurangi di masa depan. Hal ini sekaligus menjadikan aspek berkurangnya korupsi sebagai aspek dengan skor optimisme terendah, yakni sebesar 5,43 dari skala 1-10. Nilai 1 berarti sangat pesimis dan nilai 10 berarti sangat optimis.
Nampaknya, wibawa para pemain di panggung pemerintahan sudah hancur di mata masyarakat. Satu hal yang identik dengan pemerintahan adalah korupsi, karena korupsi sudah mengakar sejak dulu kala. Tidak peduli seberapa keras KPK bekerja, korupsi seolah tidak bisa dihentikan di Indonesia.
Transparency International merilis Indeks Persepsi korupsi (IPK) Indonesia, yang memperoleh skor 34 poin. Nilai tersebut bahkan turun 4 poin dari tahun sebelumnya dan menjadikan Indonesia negara terkorup ketiga di antara negara-negara G20 dan terkorup kelima di ASEAN.
Menilik data-data dan fakta yang tersajikan, sejatinya pesimisme anak muda terhadap pemerintahan yang bersih dari korupsi sangatlah masuk akal. Nilai pesimisme tersebut menunjukkan bentuk kepedulian anak muda terhadap masa depan pemerintahan Indonesia. Diharapkan nilai pesimisme ini bisa berkurang di masa yang akan datang.