Berdasarkan survei Kedai Kopi, sebanyak 45,2% publik menilai harga kelapa dan olahannya, seperti santan mengalami kenaikan signifikan dalam enam bulan terakhir. Mereka merasa bahwa harganya naik melebihi setengah harga awal.
Selain itu, 37,8% responden menyebut harga kelapa naik sedikit, yaitu tidak melampaui setengah harga dan masih terjangkau. Artinya, jika digabungkan, lebih dari 83% publik merasakan adanya tren kenaikan harga, baik dalam skala signifikan maupun moderat.
Di sisi lain, hanya 14% publik yang menilai harga cenderung stabil. Sementara, persentase yang merasa harga kelapa turun sangat kecil, yaitu hanya 3%.
Baca Juga: Indonesia Rajai Ekspor Kelapa di Dunia 2024
Adapun publik yang menganggap harga kelapa naik signifikan didominasi oleh responden berupa ibu rumah tangga dengan proporsi mencapai 51%, menandakan bahwa lonjakan harga dianggap sebagai beban yang cukup terasa di tingkat rumah tangga.
Harga kelapa utuh misalnya. Sebelum masa Lebaran 2025, harganya hanya sebesar Rp7 ribu per satuan. Nominal ini tumbuh sebesar 85% pada enam bulan yang lalu, atau setara dengan Rp12,9 ribu. Hingga survei dilaksanakan, responden menyebut harga kelapa naik sebesar 9,5% dan mencapai Rp14,2 ribu
Produk olahan dengan kenaikan harga tertinggi adalah tepung kelapa. Dari yang seharga Rp2,5 ribu pada sebelum Lebaran 2025, harganya naik menjadi Rp8,5 ribu pada enam bulan terakhir. Angka ini tumbuh sebesar 340% sebelum akhirnya naik 123,5% dan menyentuh Rp19 ribu di kalangan ibu rumah tangga.
Sementara itu, mayoritas responden yang merasa harga kelapa dan olahannya naik sedikit berasal dari penjual kelapa, dengan angka sebesar 57,5%.
Untuk harga beli kelapa bulat bagi pedagang kelapa sebelum Lebaran 2025 hanya sebesar Rp3,5 ribu, lalu naik 125,5% pada enam bulan yang lalu menjadi Rp7,9 ribu sebelum seharga Rp8,5 ribu atau tumbuh 7,2%.
Sedangkan, harga jualnya mengalami kenaikan yang lebih kecil, yaitu sebanyak 121,6% atau menjadi Rp11,1 ribu pada enam bulan yang lalu dari harga sebelum Lebaran 2025 sebesar Rp5 ribu. Kini, nominalnya hanya naik 1,4% menjadi Rp11,3 ribu.
Pengumpulan data dalam survei bertajuk Riset Ekonomi: Survei Kondisi Kebutuhan Kelapa di Indonesia ini dilakukan pada 24 November–1 Desember 2025 dengan metode kualitatif melalui face to face interview terhadap 400 responden yang terdiri dari ibu rumah tangga, pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), serta penjual kelapa utuh dan bulat.
Baca Juga: Bangga, Rendang Jadi Hidangan Kelapa Terbaik di Dunia 2025
Sumber:
https://kedaikopi.co/flipbook/riset-ekonomi-survei-kondisi-kebutuhan-kelapa-di-indonesia/