Bukan hanya komoditas migas, Indonesia juga aktif dalam mengekspor komoditas pangan, salah satunya kerupuk. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), volume ekspor kerupuk, keripik, peyek, dan sejenisnya dari Indonesia mencapai 16.546,2 ton pada tahun 2024, ke 27 negara di seluruh dunia. Volume ini turun 5,64% dari tahun 2023 yang sebesar 17.540,45 ton.
Adapun negara utama tujuan ekspor kerupuk Indonesia adalah Korea Selatan, volumenya mencapai 5.682,79 ton, setara dengan 34,34% dari volume total ekspor kerupuk keseluruhan. Adapun Malaysia berada di posisi kedua, mencapai 4.504,83 ton, disusul Belanda dengan volume ekspor mencapai 1.962,58 ton.
Inggris menduduki peringkat keempat dengan 1.322,01 ton, diikuti oleh Singapura dengan 893,01 ton, China dengan 782,48 ton, dan Arab Saudi dengan 401 ton.
Tahun lalu, Korea Selatan juga jadi negara tujuan utama ekspor kerupuk Indonesia, dengan nilai mencapai US$11,37 juta.
Kerupuk, meski rasanya lezat, juga harus tetap diwaspadai dalam konsumsinya. Konsumsi berlebih dapat mengakibatkan berbagai komplikasi kesehatan, dengan kandungan lemak jenuh yang tinggi dan garam berlebih. Kedua hal ini sangat memicu kolesterol jahat dan tekanan darah tinggi apabila dikonsumsi rutin.
Selain itu, risiko residu lilin dan plastik dalam proses penggorengan juga perlu diwaspadai. Konsumsi dalam jangka panjang dapat berakibat fatal bagi kesehatan di masa depan.
“Kerupuk bisa menyebabkan penyumbatan pembuluh darah, obesitas, bahkan kanker dan gagal ginjal,” tutur dokter ahli gizi Sri Hastuti, Rabu (9/7/2025), mengutip RRI.
Makan sesekali tidak apa-apa, namun konsumsi rutin yang berlebihan harus dihindari.
Baca Juga: Negara Utama Tujuan Ekspor Kerupuk Indonesia 2023
Sumber:
https://rri.co.id/kesehatan/1637160/konsumsi-kerupuk-berlebihan-bisa-picu-penyakit-mematikan