Istilah NEET mungkin bukan istilah baru untuk sebagian orang, tapi untuk yang belum tahu, NEET (not in education, employment, or training) merupakan proporsi angkatan kerja yang tidak sekolah, bekerja, maupun mengikuti pelatihan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terdapat 20,31% anak muda berusia 15-24 tahun yang tergolong NEET pada 2024.
Persentase NEET yang tinggi bisa merugikan perekonomian negara. Menurut Guru Besar Ilmu Manajemen Universitas Muhammadiyah Surakarta, M. Farid Wajdi, fenomena ini sudah terlihat sejak beberapa dekade terakhir. Meningkatnya angka NEET saat ini berpotensi menambah jumlah Sumber Beban Manusia (SBM) jika anak muda tidak memiliki keterampilan dan pengalaman kerja.
“Human capital dibentuk dari pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman. Jika 20% anak muda Indonesia tidak memiliki itu, maka daya saing SDM kita semakin lemah,” ungkapnya pada Senin (24/5/2025).
Berdasarkan data BPS pada tahun 2024, di antara 38 provinsi di Indonesia, provinsi dengan persentase NEET terendah ditempati oleh Bali dengan 7,26% dan provinsi dengan persentase tertinggi ditempati oleh Papua Tengah dengan 31,20%. Persentase NEET provinsi Papua Tengah melebihi jauh diatas persentase rata-rata NEET di tingkat provinsi yang berada di angka 21%, sedikit lebih tinggi dari persentase nasional.
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) pada tahun 2024 mengungkapkan dua pendekatan utama untuk mengatasi NEET di Indonesia, yaitu:
- Pembangunan karakter pekerja dengan etos kerja dan berbagai keterampilan hidup (life skills) yang tepat
- Memperbaiki kesesuaian kurikulum teknis yang diajarkan di persekolahan atau tempat pelatihan
NEET ini sangat berhubungan dengan bonus demografi, seperti yang akan dialami Indonesia.
"Apabila kita pertimbangkan penduduk kita semakin banyak, terutama penduduk usia muda akan mencapai puncak sesuai dengan periode bonus demografi kita, tentunya akan semakin tinggi juga NEET," ujar Deputi Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan Kementerian PPN/Bappenas Maliki dalam Seminar Nasional Menuju Indonesia Sejahtera 2045, Jakarta, Kamis (28/3/2024).
Langkah Bappenas ini diharapkan dapat mengurangi persentase NEET di Indonesia, sehingga Indonesia masih bisa mendapatkan bonus demografi.
Baca Juga: 7% Pemuda Indonesia Masih Jadi Pengangguran