Pada pertandingan final Liga Europa 2025 yang berlangsung pada Rabu (21/5) di Stadion San Mamés, Bilbao, Tottenham Hotspur mengalahkan Manchester United dengan skor tipis 1-0. Gol tunggal dicetak oleh Brennan Johnson pada menit ke-42. Kemenangan ini mengakhiri puasa gelar Tottenham selama 17 tahun dan memastikan mereka tampil di Liga Champions musim depan.
Kekalahan tim sepak bola bukan hanya soal peluang juara yang pupus. Studi menunjukkan bahwa kondisi psikologis pendukung pun ikut terdampak, terutama dalam bentuk emosi negatif yang melonjak drastis hanya dalam hitungan jam setelah pertandingan berakhir. Berdasarkan hasil analisis data media sosial, emosi negatif fans melonjak tajam dalam hitungan jam setelah tim kesayangannya kalah.
Penggemar tim olahraga sering kali diketahui menunjukkan emosi yang kuat saat mendukung tim favorite. Emosi ini cenderung diekspresikan dan diperkuat lebih jauh di media sosial. Sebuah studi yang menggunakan model analisis sentimen GoEmotions dari Google mengkaji perbedaan emosi fans setelah pertandingan.
Hasilnya menunjukkan bahwa kekalahan tim favorit meningkatkan ekspresi emosi negatif seperti marah dan kecewa, sementara kemenangan meningkatkan emosi positif seperti bahagia dan bangga. Data dari platform Twitter yang mengumpulkan lebih dari 50.000 tweet terkait pertandingan menunjukkan lonjakan sentimen negatif yang signifikan setelah peluit akhir.
Dalam dua jam pasca pertandingan, penelitian terhadap klub-klub Liga Inggris tersebut menunjukkan peningkatan signifikan dalam emosi negatif dari sekitar 28% menjadi 58%, dengan kata-kata seperti 'frustrated', 'disappointed', dan 'heartbroken' mendominasi percakapan warganet. Di sisi lain, ekspresi sentimen positif menurun drastis, dari 42% menjadi hanya 20%. Meskipun data ini tidak secara khusus merujuk pada Manchester United, pola serupa umumnya terlihat ketika tim besar mengalami kekalahan dalam pertandingan penting.
Suporter yang sangat mendedikasikan diri dengan klub akan mengalami lonjakan emosi negatif yang lebih besar saat timnya kalah, seperti marah, terhina, atau bahkan kebencian terhadap pendukung tim lawan. Fenomena ini dikenal dalam psikologi sebagai cutting-off-reflected failure (CORF), di mana suporter cenderung menjauh dari tim yang sering kalah untuk melindungi harga diri mereka.
Sebuah studi dari Universitas Gadjah Mada yang dilakukan pada penggemar FC Barcelona juga menunjukkan bahwa kekalahan, terutama dalam pertandingan penting atau melawan rival, memicu kekecewaan mendalam, kesedihan, hingga rasa malu akibat bully dari lingkungan sosial. Fanatisme membuat keterikatan emosional semakin kuat, sehingga kemenangan dan kekalahan klub sangat mempengaruhi mood sehari-hari penggemar.
Grafik di atas ini menunjukkan perbandingan frekuensi lima emosi tertinggi yang diungkapkan oleh penggemar olahraga di media sosial menurut Reddit Sports Sentiment Analysis (RSSA). Emosi yang paling sering muncul adalah admiration (kekaguman) sebesar 30%, diikuti annoyance (kesal) sebesar 25%, approval (persetujuan) sebesar 20%, anger (marah) sebesar 22%, dan amusement (hiburan sarkastik) sebesar 18%. Data ini mencerminkan kompleksitas reaksi emosional yang dialami pendukung tim olahraga, baik dalam konteks kemenangan maupun kekalahan.